Title: A Terrible Holiday
Author : Willyhime
Main Cast : Super Junior
Support Cast : Kevin (U-Kiss), Nichkhun (2PM), Thunder (MBLACK), 2ne1
Rating : T
Genre : horror? romance? comedy? (Ga jelas)
Dorm Super Junior . . .
Pagi itu, semua
member Super Junior
tengah sibuk mengepak
barang mereka masing-masing. Ceritanya
dua pekan ke depan mareka
mendapatkan libur penuh,
tidak ada show, latihan,
maupun kegiatan entertain lainnya.
Dan tampaknya tidak
ada satupun dari
mereka yang ingin
menghabiskan waktu liburannya
untuk tetap tinggal
di Dorm.
Tiba-tiba
terdengar bunyi bell
dari pintu depan.
‘Taratatatatatatatatata . . . tatatatatata . . .’
Intro dari lagu
Mr. Simple terdengar
nyaring di seluruh ruangan.
“Huft . . . Siapa
sih pagi-pagi begini
hendak bertamu!” seru
Kyuhyun sebal.
“Entahlah, coba kau
lihat sana!” perintah
Leeteuk pelan.
“Aghh . . . Aku sedang
sibuk hyung, suruh
Minnie hyung saja,”
tolaknya sambil melirik
kearah Sungmin.
“Barangku juga masih
banyak yang belum
selesai kupack, hyung!” timpal
Sungmin tanpa menoleh,
ia terus melanjutkan
pekerjaannya.
“Hey, hey, mengapa
jadi berdebat seperti
ini, tidak baik
membiarkan tamu menunggu
terlalu lama!” ujar
Heechul. “Nah! Wookie,
sebaiknya kau cepat
lihat siapa yang
datang!”
Semua memandang ke arah Heechul,
menatapnya tajam kemudian
mencibirnya pelan.
“Gwenchanayeo . . .?”
tanyanya tidak mengerti.
“Aissh . . . kukira
hyung yang mau
membukakan pintu,” akhirnya
Yesung angkat bicara.
“Tak tahunya malah
menyuruh Wookie juga!”
“Eh . . .!” gumamnya yang
baru mengerti mengapa
yang lain menatapnya
seperti itu.
“Sudah tidak apa-apa, hyung,” ujar
Ryeowook. “Biar kulihat
siapa yang datang.”
Tanpa aba-aba, semua
melanjutkan kembali kegiatannya
mengepak barang.
Ryeowook kembali dari
ruang depan dengan
wajah berseri-seri. Ia berteriak
kegirangan. Yang lain
merasa penasaran, mereka
rela meninggalkan pekerjaannya
lalu mengerumuni Ryeowook.
“Gwenchanayeo . . .?”
tanya Eunhyuk penasaran.
“Apa yang kau
bawa itu?” giliran
Donghae yang bertanya
sambil menunjuk amplop
coklat yang Ryeowook
pegang.
“Di dalamnya ada surat
serta tiket, hyung,”
jawab Ryeowook gembira.
Yang lain masih
tidak mengerti dengan
ucapan Ryeowook . Mereka
menatapnya dengan tatapan
yang menuntut penjelasan.
“Hmm, chakhaman!” seru
Ryeowook memulai. “Tadi
ada seorang kurir yang datang
ke mari, dan ia
memberikan ini,” jelasnya sambil
menunjukkan amplop coklat
yang dipegangnya. “Di dalamnya
ada 10 tiket
untuk pemberangkatan ke ‘Shikoku Ishland’,
juga ada sebuah
surat.”
Mereka manggut-manggut sambil
bergumam, ‘OH’
Padahal mereka sama
sekali tidak mengerti
apa hubungannya antara
tiket serta surat
itu dengan mereka.
Ryeowook kemudian membuka
amplop coklat yang
dipegangnya, lalu mengambil
secarik kertas yang
ditulis dengan menggunakan
tinta berwarna merah
darah!
“Hyung!” panggil Ryeowook
kepada Shindong yang
sedari tadi memaksakan
diri memasuki lingkaran
(anggap saja lingkaran,
dan didalamnya berisi
orang-orang yang penuh
rasa penasaran dan
ingin tahu).
“Ne,” sahutnya sambil
sedikit memajukan tubuhnya
ke depan.
“Aduh, hyung sempit
tahu!” pekik Siwon
yang berada tepat
disebelah Shindong.
“Sudah-sudah, jangan
berdebat, lebih baik
kita dengarkan penjelasan
Wookie!” seru Leeteuk
memisahkan.
“Ini,” ujar Ryeowook
sambil menyerahkan surat
itu kepada Shindong.
“Aku tidak mau
membaca ulang surat
itu, lebih baik
hyung saja yang
bacakan!”
“Okay!” sahut
Shindong kemudian mulai
membacakan isi dari
surat tersebut.
FROM ALL MEMBER
SUPER JUNIOR_
Ohayou Gozaimasu,
Hajimemashite. Watashi
wa Kira Yamato
desu . . .
Maaf jika surat
ini datang dengan
cara yang tidak
sopan, dan terbilang
mendadak. Saya hanya
ingin menyampaikan maksud
baik kepada kalian
semua member Super
Junior.
Melalui surat ini,
saya mengundang kalian
semua untuk menikmati
liburan di ‘SHIKOKU
ISLAND’.
Biaya tansfortasi, akomodasi, serta segala keperluan
selama di Shikoku
Island akan saya
tanggung, dan karena kebetulan
Shikoku Island adalah
salah satu aset
perusahaan yang saya
miliki, saya jamin
tidak akan ada
yang mengganggu liburan
kalian. Termasuk para
fans.
Tidak akan ada
yang ke luar masuk
dari Shikoku Island
tanpa seizin dari
saya.
Saya bukan hanya
menawarkan liburan yang
menyenangkan di sana, tetapi
juga sebuah petualangan
yang pastinya tidak
akan pernah kalian
lupakan.
Hai,
Kurang lebih itu
maksud saya. Jika
kalian bersedia, berangkatlah
sesuai jadwal di
tiket pesawat yang
saya lampirkan ke dalam amplop
ini. Nanti akan
kami jemput dari
bandara menuju sebuah
villa di ‘SHIKOKU ISLAND’ . . .
Doumo
Arigatou Gozaimasu.
“Mwo . . .?”
ujar Shindong mengakhiri
membaca surat itu.
Suasana masih hening,
sepertinya semua sedang
mencerna apa yang
dikatakan dalam surat
itu. Kecuali Ryeowook, tentunya karena dia telah membacanya
duluan.
Semenit ….
Hening!
Dua menit….
Masih hening!
Lima menit ….
“Kyaaa . . .!”
Serempak semua member membuat chorus dengan bersorak-sorak
ramai .
“Aishh . . . tentu
saja ini kabar
gembira, chagi!” seru
Yesung yang kemudian
memeluk Ryeowook hangat.
Ryeowook hanya tersipu
melihat perlakuan hyungnya.
“Ne, berarti kita
tidak jadi berpisah
Hyukkie!” seru Donghae
lalu berpelukan erat
dengan couplenya, Eunhyuk.
Kyuhyun tidak mau
kalah. “Minnie hyung,
kemari!” serunya sambil
merentangkan kedua tangannya.
Sungmin dengan senang
hati menghampirinya, dan
menenggelamkan wajah manisnya
di dada couplenya itu.
“Nanti kita buat
kenangan indah ya di sana,”
pinta Kyu kemudian
mencium dahi Sungmin
dan memeluknya kembali.
Shindong celingak-celinguk melihat
adegan romantis di depannya, kemudian
ia menarik tangan
Siwon yang sedang
Déjà vu, lalu memeluknya
erat. Terlalu erat bahkan,
sampai akhirnya Siwon
tersadar dari bengongnya.
“Aghh . . . lepaskan hyung!
Aku kehabisan napas,”
pekiknya sambil berusaha
melepas cengkraman tangan
Shindong yang sekarang
melingkar di tubuhnya.
Sementara
Leeteuk dan Heechul
saling bertatapan gaje. Mereka
ngeri melihat adegan
dongsaengdeulnya itu.
“Hey, hey apa yang sedang
kalian lakukan, Hah!”
teriak Heechul yang
berhasil membuat semua
perhatian tertuju padanya.
Semua menatap Heechul
sebal, karena merasa
hyungnya itu hanya
iri pada mereka.
Tetapi lain dengan
Siwon, ia bersyukur
tidak jadi mati
karena kehabisan oksigen.
(ckckckckck . . .!)
“Mwo?” geram Heechul.
“Aku hanya ingin
menyadarkan kalian saja,
kalau Leeteuk hyung
belum menyetujui apakah kita
boleh berangkat ke Shikoku
Island atau tidak!”
Sekarang gantian semua
menatap ke arah Leeteuk.
Tatapan kali ini berbeda dengan
tatapan mereka kapada Heechul,
bisa dibilang sekarang
mereka menampilkan ‘Puppy Eyes’
andalan mereka jika sedang
menginginkan sesuatu.
Leeteuk memasang perisay
di matanya, karena terlalu
silau melihat kilauan
cahaya memohon dari
dongsaengdeulnya itu. (ceillehh…emang lagi
berlindung dari sinar
laser oppa!)
Leeteuk terus mengedip-ngedipkan kedua
matanya, sambil terus
berpikir apa ia
harus menyetujui acara
berlibur gratis itu
atau tidak.
“Hmm . . .
Anni,” jawabnya lemas.
Yang kemudian disambut
dengan tatapan kecewa
oleh dongsaengnya itu. “Ne,
anniyo . . . aku tidak
bisa menolak permintaan
kalian dongsaeng-dongsaeng manisku!”
tambahnya sedikit berteriak.
Sejenak mereka kaget
mendengar jawaban Leadernya
itu, namun beberapa
detik kemudian suara
sorak sorai gembira
kembali menggema di seluruh ruangan.
Termasuk Heechul juga
tentunya.
^_^
Keesokan
harinya, tepat pukul
10 am sebuah pesawat mendarat
di Aso Shikoku
Airport. Pesawat itulah
yang ditumpangi oleh
sepuluh member Super
Junior. Mereka turun
dari pesawat yang
telah check in mulus
dengan perasaan riang
gembira.
Seperti yang telah
dijanjikan Kira Yamato-san,
mereka tidak kesulitan
mengurusi fans yang
ada di sana. Begitu menginjakkan
kaki di bandara,
sebuah
mobil Limousin mewah telah menanti
mereka tepat di samping
lapangan udara. Di pinggir
mobil itu, tengah
berdiri seorang kurir
yang kemarin mengantarkan amplop
coklat ke Dorm
mereka. Ia mengangkat sebuah papan
bertuliskan ‘WELCOME TO
SUPER JUNIOR’. Ryeowook
masih ingat betul
dengan wajahnya.
“Aigoo . . .
Hyung lihat di sana!”
seru Ryeowook sambil
menunjuk papan nama
mereka.
“Woow . . .w, amazing!” seru
yang lainnya serempak.
Mereka sama sekali
tidak menyangka kalau
perjalanan menuju tempat
liburan kali ini
akan benar-benar lancar,
tanpa harus dikerubungi
oleh para ELF yang kadang resehnya minta ampun!
Tanpa basa-basi lagi,
mereka segera berhamburan
ke arah mobil
mewah itu.
“Konnichiwa!” sapa sang kurir sambil sedikit
membungkukkan badannya. “Hajimemashite. Watashi
wa Takagi Himamura
desu. Douzo yoroshiku.”
Ucapnya memperkenalkan diri.
Karena tidak juga
mendapat tanggapan,
ia meneruskan ucapannya.
“ Saya diberikan tugas
untuk menjemput kalian
semua ke Villa
majikan saya, yang letaknya berada
di seberang Aso
Shikoku Airport.”
Mereka sekarang telah
berada di depan mobil
mewah yang—rencananya—akan mengantarkan
sampai tempat tujuan.
Semua tampak celingak-celinguk menatap satu sama lain begitu mendengar ucapan
kurir tadi, meminta penjelasan. Bahasa
yang digunakan sang kurir terdengar asing
di telinga mereka. Sampai
kemudian Sungmin—yang memang
paham bahasa Jepang— angkat bicara.
“Hai!” serunya memulai.
“Hajimemashite,
minasan kochirawa Super
Junior desu. Douzo
yoroshiku onegaishimasu.” Ia mengakhiri perkataannya
dengan sedikit membungkukkan
badannya sambil menampilkan
senyum manisnya.
Sementara yang lain
manggut-manggut mantap, padahal
mereka hanya mengerti
kalau Sungmin sedang
memperkenalkan mereka, tanpa
tahu sebenarnya apa
yang diucapkannya. Alasannya
sudah jelas, mereka tidak mengerti
bahasa Jepang.
Sungmin
menanyakan beberapa hal
lagi pada orang
yang akan mengantarkan
mereka ke tempat
tujuan akhir perjalanan
itu. Setelah puas
mendapatkan informasi yang
ia butuhkan, ia
berkata, “Doumo arigatou
gozaimasu!”
“Arigatou
gozaimasu,” sambut Takagi
ramah.
“Douzo . . . !”
serunya sambil membukakan
pintu mobil.
Tanpa ba-bi-bu lagi,
semua masuk ke dalam
mobil sambil berguman
riang gembira.
“Eh, shireo!” seru
Heechul keras. Lagi-lagi
yang lain menatapnya
sebal. Ya … karena
ia sering mengganggu
kesenangan mereka.
“Waeyo,
Heechul-ah?” tanya Leeteuk
halus, yang lain
menatap tidak setuju.
Tanpa
memedulikan tatapan dongsaengdeulnya itu,
Heechul menjawab dengan
volume yang sengaja
dikeraskan, “Kita tidak
mungkin pergi dari
sini, tanpa membawa
barang-barang bawaan kita!”
“Omo . . .
mengapa kita sampai
lupa!” seru yang
lainnya ketika menyadari
barang mereka masih
tertinggal di tempat pengambilan
barang di bandara
itu.
Seolah mengerti apa
yang sedang mereka
bicarakan, Takagi langsung
berkata, “Barang-barang kalian
sudah diambil oleh
kurir lainnya, jadi
tidak usah khawatir!”
Semua menatap ke arah
Sungmin meminta penjelasan.
Dengan lancarnya ia
mengulang apa yang
barusan diucapkan oleh
Takagi. Begitu mendengar penjelasan dari Sungmin, merekapun
tersenyum puas mendengarnya.
“Kajja, tunggu apa
lagi, let’s go!” seru
Haehyuk bersamaan.
“Nde, Shikoku Island,
we’re coming!”
Kesepuluh member berebutan
masuk ke dalam mobil.
Beberapa di antara mereka saling
mendorong demi mendapatkan tempat ternyaman
di dalam
mobil. Leeteuk hanya
bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah
norak dongsaengdeul itu.
Mobil melesat dengan
cepat meninggalkan Aso
Shikoku Airport, menuju
pelabuhan Shikoku Island.
Dari sana mobil
masuk ke sebuah kapal fery
mewah
yang sepertinya juga
milik Kira Yamato-san. Dikatakan demikian
karena tidak ada penumpang lain
selain mereka. Dan ternyata barang-barang
yang mereka bawa
sudah sampai duluan
di kapal tersebut
mendahului mereka sendiri.
Kapal bergerak perlahan-lahan meninggalkan
pelabuhan. Heechul menatap pemandangan di sekitarnya dengan
tatapan kosong. Ia sendiri tidak tahu mengapa,
tapi yang jelas
undangan Tuan —entah siapa namanya, Heechul lupa— terkesan misterius.
Bagaimana tidak? Mana mungkin
ada seseorang yang tidak mereka kenal
menawarkan sebuah liburan gratis
ke pulau pribadi
miliknya melalui jasa
kurir. Setidaknya apabila
undangan tersebut diantarkan oleh pengirimnya
secara langsung
masih bisa dimengerti.
Tapi ini tidak!
Tiba-tiba angin dingin menyentuh
tengkuknya. Heechul merinding. Namun dengan cepat
ia menggeleng, berusaha mengenyahkan prasangka
tidak beralasannya itu. Ia
tidak ingin menghancurkan liburan yang pasti mengesankan
ini dengan pikiran buruk. Never.
Setelah hampir satu
jam kapal berlayar, akhirnya
tiba di sebuah pulau
yang tampak mengagumkan.
Tebing-tebing
tinggi menjulang melatar belakangi
sebuah villa yang
luar biasa megah ukurannya itu.
Sepertinya dari sana mereka
bisa menikmati pemandangan
laut setiap saat.
Yang lebih mengagumkan
adalah taman yang
hidup di atas pasir
pantai itu. Tampak terawat
baik, dengan savana
yang terbentang di sekeliling villa ,
beraneka ragam bunga juga ditanam
di sana. Sebuah air
mancur raksasa semakin
menambah kekaguman orang
yang menatapnya. Belum
lagi di sisi kanannya
terdapat labirin dari
semak hias dengan
tinggi dua kali
orang dewasa. Wah! Makin
sempurnalah tempat itu.
Semua berdecak kagum. “Woww . . . benar-benar
AMAZING!”
“Douzo!” ucap seorang
pelayan menyambut kedatangan Super Junior ke villa milik majikannya
itu. Tangannya mengisyaratkan
agar semua member
mengikutinya masuk ke dalam villa.
Dengan patuh semua mengikuti arah
yang ditunjukkan sang
pelayan. Sesekali mereka
memandangi taman yang
baru saja dilewati,
masih dengan tatapan
kagum.
Setelah sampai di depan
pintu villa, pintu
terbuka dengan sendirinya.
Dan tak kalah
mengejutkan lagi, di balik
pintu sudah ada
empat pelayan wanita
yang juga menyambut
kedatangan mereka.
“Okaerinasai (selamat datang) . . . !” seru
keempat orang wanita
itu sambil membungkukkan
badan. Mereka mengenakan
pakaian yang sama
dengan pelayan yang
menyambut mereka di luar
villa tadi.
Salah seorang dari
pelayan wanita itu
melangkah maju, ia
membungkuk sebentar, lalu mulai
memperkenalkan diri.
“Annyeonghaseo,”
sapanya. Semua member
Suju sedikit kaget,
rupanya ia bisa menyapa
dengan bahasa Korea.
Ia kemudian melanjutkan,
“Kami adalah pelayan
di villa ini,
selama kalian berada
di sini kami
akan berusaha sebaik
mungkin untuk melayani
kalian,” ucapnya ramah.
“Perkenalkan, ia adalah
tukang kebun di sini
namanya Park Sanghyun (Thunder),
lalu pelayan untuk
bersih-bersih di lingkungan vila
ada Park Bom
dan Gongshin-ji, untuk
bagian hidangan ada
Sandara Park, dan
saya sendiri Lee
Chae-sin kepala pelayan
disini,” jelasnya sambil
menunjuk satu persatu
orang yang dimaksud. Mereka
membungkuk hormat begitu
nama mereka disebutkan.
(oughh . . . mian,
member 2NE1 dijadiin
pelayan, Thunder juga
jadi tukang kebun,
xixixixixi!)
Member Suju hanya
mengangguk saja, mereka
masih sedikit kaget
rupanya para pelayan
di vila ini
adalah orang-orang dari
Korea. Berbeda dengan
orang yang sebelumnya mereka
temui, orang Jepang semua.
Park Bom dan
Gong Shin Ji
mengantarkan para tamu
untuk beristirahat sebelum
makan malam nanti,
mereka diantar ke kamar masing-masing
yang sudah disiapkan
sebelumnya.
Ya dasar member
Suju pada bandel,
mereka segera pindah
dari kamar mereka
dan lebih memilih
berbagi kamar dengan
couplenya masing-masing.
Yesung merangkul bahu
Ryeowook, dan memintanya
untuk satu kamar
lagi dengannya. Ryeowook
menggangguk setuju, dan
kemudian segera masuk
ke kamar mereka.
Kyuhyun mengangkat Sungmin
dengan kedua tangannya,
tanpa bertanya terlebih
dahulu, ia langsung
membawa hyungnya itu
kekamarnya.
Eunhyuk iri melihat
Kyumin couple, ia
kemudian melirik kearah
Donghae lalu merengek
minta digendong. Donghae
menolaknya dengan alasan,
“Tubuhmu berat, Hyukkie!”
Dengan cepat kini
Donghae ada dipangkuan
Eunhyuk, “Kalau begitu
biar aku saja
yang menggendongmu, Hae!”
seraya berjalan kekamarnya.
Sisanya masih mematung
di tempat semula, mereka
saling tatap cuek. Shindong
melirik ke arah Siwon,
tatapannya itu mengandung
maksud tertentu.
Siwon menyadari maksud
hyungnya itu, dengan
cepat ia menarik
lengan Leeteuk untuk
mengikutinya, sambil berteriak
“Aku satu kamar dengan Leeteuk
hyung saja, mian
ya, hyung,” ucapnya
yang ditujukan pada
Shindong.
‘Bisa remuk aku
kalau harus satu
tempat tidur dengan
Shindong hyung,’ pikir
Siwon.
Sekarang sisa dua
orang lagi.
“Mwo?” tanya Heechul
yang sadar dongsaengnya
yang gemuk itu
sedang menatapnya.
“Neo, Heechul hyung
tidak mungkin membiarkanku
tidur sendirian di tempat
baru ini kan!”
ujar Shindong, matanya
berkeliling melihat betapa
luasnya villa itu.
“Ne,” sahut Heechul
yang kemudian diikuti
senyuman dari Shindong.
“Ne, tentu aku
akan membiarkanmu tidur
sendirian.” Tambahnya sambil
melesat meninggalkan Shindong
dengan senyum kemenangan
karena berhasil mempermainkannya.
^_^
Makan malam tiba. Member
Suju sudah lengkap
di tempat duduknya
masing-masing. Sandara Park
meminta mereka untuk
menunggu sebentar lagi dua orang
tamu tuannya yang
akan segera bergabung
bersama mereka.
Sambil menunggu, Kyuhyun mencoba menebak-nebak
siapa dua orang itu.
‘Mungkin Zhoumi? Atau
Hendry? Atau … jangan-jangan SNSD?’ tanyanya dalam hati. Ia
tampak girang andai tebakan
terakhirnya tidak meleset.
Itu artinya, akan ada wanita selain pelayan
di sini. Membayangkannya saja membuat
Kyuhyun senyum-senyum
gak jelas.
“Konbanwa!” sapa Sandara
ketika ia melihat
dua orang yang
ditunggunya telah datang.
Mereka hanya membalas
dengan sebuah senyuman.
Begitu melihat siapa yang
datang, reflex semua
member Suju terhenyak tak percaya. Justru
yang tidak pernah didugalah yang
akhirnya datang.
“Annyeong, ternyata
Super Junior sedang
menghabiskan waktu untuk
berlibur di sini juga?” sapa seorang diantara
mereka. Ia adalah
Nichkhun salah satu
member 2pm dan
ia datang bersama
adiknya, Kevin, salah
satu member U-Kiss. (anggap ade kaka aja ya
. . .!)
“Annyeong . . .!”
jawab semua serempak.
Lalu Leeteuk melanjutkan.
“Ne, kami dapat
libur panjang, jadi
sayang kalau melewatkan
tawaran untuk berlibur
disini.”
“Omo~ jadi hyung
kalian juga dapat
undangan untuk berlibur
disini? Kami berdua
juga sama!” seru
Kevin dengan wajah
kaget tapi tampak
manis.
“Nde . . .!”
Kemudian makan malampun
berlangsung dengan hangat,
mereka terus berbincang
satu sama lain.
Sekilas matapun mereka
tampak begitu akrab.
Namun mereka tak
menyadari ada seseorang
yang sedang mengicar
nyawa mereka. Ia
bersembunyi dibalik tirai sembil menyeringai
tajam.
Setelah makan malam,
para tamu bergegas
tidur ke kamar
masing-masing.
Ya malam itu terlewat begitu
saja. Begitupun tiga
malam seterusnya. Semua
tampak normal. Tidak ada
yang berbeda.
^_^
Walaupun sudah tiga
hari berada di sana, nampaknya
Suju belum melihat
semua ruangan. Ukuran villa
yang super luas
itulah penyebabnya.
Sampai suatu malam, yaitu malam keempat, Shindong
yang tidur sendirian
dikamarnya, mendadak merasa
gelisah. Seberapa kerasnyapun
ia berusaha memaksa
matanya agar segera terpejam, tapi
ia tak kunjung
tidur juga.
Dengan langkah berat,
ia berjalan menuju ke arah dapur
untuk mengambil segelas
air minum. Mungkin dengan
meminum segelas air,
perasaannya akan lebih
tenang. Namun langkahnya terhenti
kala ia melihat
sebuah bayangan dari
dapur. Dirapatkannya tubuh
gemuknya itu ke tembok,
lalu ia memicingkan
mata yang memang sudah sipit itu.
‘Apa itu? Apa
yang sedang ia
lakukan?’ batinnya.
Shindong melihat seseorang
di sana sedang mengaduk-ngaduk sesuatu.
Ia tidak dapat
memastikan apa itu, ruangannya
terlalu gelap untuk dapat melihat sesuatu dengan
jelas.
Karena merasa janggal. Ia mengurungkan niatnya
untuk mengambil minum.
Dengan cepat ia
segera kembali ke kamarnya.
Walau harus susah
payah, akhirnya ia
terlelap ditempat tidurnya.
>_<
Keesokan harinya semua
tamu sudah hadir di
meja makan untuk
sarapan, seperti biasa.
Kecuali Shindong. Kursinya
masih kosong. Aneh.
“Ke mana Shindong-ah, mengapa
tidak ada disini?”
tanya Leeteuk setelah
menghitung jumlah dongsaengnya.
“Molla, mungkin Shindong
hyung masih tidur,
biar kupanggil!” jawab
Eunhyuk yang langsung
melesat ke kamar
Shindong.
Ketika melewati kamar
Lee Chae-rin ia
mendengar pekikkan tertahan
dari dalam. Karena
penasaran, ia mengintip
lewat lubang kunci
di pintu kamar itu.
Tidak terlihat. Hanya
kegelapan yang tampak
di sana. Ketika
akhirnya Eunhyuk memutuskan
untuk beranjak dari
situ, tiba-tiba sebuah
tangan menyentuh bahunya.
‘Deg!’
Eunhyuk merasa jari-jari
yang dingin dan ringan tengah
membelai-belai bahunya.
Jantungnya
terasa copot sekarang.
Dengan takut ia
menoleh kearah belakang.
Wajahnya berubah lega
begitu mengetahui siapa
orang yang tadi menyentuh
bahunya.
“Hufttt . . .! Hyung
kau membuatku kaget
tahu,” ucapnya sedikit
berbisik.
“Wae geurae?” tanya
Shindong dengan suaranya
yang besar.
‘sshhtt’ Eunhyuk memberi
tanda agar hyungnya
itu tidak berisik.
Shindong hanya mengangguk
tanpa mengerti apa
maksud desisan Eunhyuk.
“Hyung, tadi aku
mendengar pekikkan tertahan
dari dalam. Aku
pikir terjadi sesuatu,
makanya kuintip lewat
lubang kunci ini,”
jelas Eunhyuk masih
berbisik.
“Kau ini, itu
tidak sopan!” timpal
Shindong sambil berlalu.
“Lebih baik kita
segera sarapan, yang
lain pasti sudah
menunggu kita.”
Setelah sempat ragu sejenak, akhirnya
Eunhyuk membuang rasa
penasarannya dan mengikuti
hyungnya untuk segera
sarapan.
Sarapan kali ini
lagi-lagi berlangsung seperti
biasa, dengan hangat dan disertai canda
gurau dari semuanya.
“Kevin, kau harus
makan yang banyak!”
seru Kyuhyun yang
menambahkan jatah makanannnya
ke piring Kevin.
“Gomawo hyung!” ujarnya.
Sementara Nichkhun melihatnya
heran.
“Ini, ku berikan
jatah makananku juga,”
kali ini Yesung
yang berulah sambil
mengusap-usap rambut Kevin.
Kini wajah Nichkhun
menjadi panas melihatnya.
‘Apa yang sedang
mereka lakukan, bukankah
mereka telah memiliki
pasangan masing-masing’ batinnya
sambil menahan kemarahannya.
Donghae segera masuk
ke permainan, ia menghampiri
Kevin lalu mencium
dahinya sekilas. Tak
lupa dihiasi senyuman
yang menawan tersungging
di bibirnya.
Kevin hanya menunduk
malu, ia sendiri
tidak mengerti mengapa
hyungdeul barunya itu
memperlakukannya seperti itu.
Sementara pasangan masing-masing
hanya tersenyum melihatnya.
Di lain pihak,
Nichkhun sudah tidak
sabar menahan emosinya.
“Shireo!” teriaknya.
“MWO? Apa ini?
Apa yang kalian
lakukan?” tanyanya marah
sambil menjauhkan adiknya
itu dari ketiga
namja yang menggodanya.
“Ternyata kalau kau
marah tampak menakutkan,”
goda Kyuhyun. Anak
satu ini memang
paling gemar menggoda
orang.
“Ne, kau terlalu
menganggap serius Nichkhun,”
ujar Yesung sambil
kembali ke tempat duduknya.
“Apa maksud kalian?”
tanya Nichkhun tidak
mengerti.
“Nde, kami hanya
menggodamu saja Nichkhun,”
jelas Donghae.
Serempak suara tawa
bergema di seluruh
ruangan. Mereka menertawakan
kepolosan Nichkhun. Ia hanya
menunduk malu.
Tiba-tiba,
terdengar suara jeritan
yang berhasil membuat
semua orang di meja makan
itu berlarian ke
sumber suara.
“Gwenchanayeo??”
tanya semua hampir
bersamaan.
Kini mereka tengah
berdiri di depan
pintu kamar Lee
Chae-rin, sang kepala
pelayan di villa
itu. Dan pintu
kamar dalam keadaan
terbuka.
Seorang pelayan yang
bernama Park Bom
hanya mampu menunjuk
ke arah kamar
kepala pelayannya. Raut
wajahnya nampak ketakutan.
Ia tidak bisa
berkata-kata, shock.
Semua mata langsung
mengikuti arah telunjuk
Park Bom. Di atas
lantai yang persis
berada di samping
tempat tidur Lee
Chae-rin, tampaklah seorang
yeoja sudah tergeletak dengan
muka berwarna ungu.
Bahkan hampir seluruh
tubuhnya dihiasi lebam
kebiru-biruan.
Dengan sedikit takut
Leeteuk berjalan mendekati
orang yang tergeletak
itu, lalu memeriksa
denyut nadi di
pergelangan tangannya.
“Apa masih bisa
ditolong, hyung?” tanya
Ryeowook yang dijawab
dengan gelengan kepala
oleh Leeteuk.
Suara tangispun pecah
dari ketiga pelayan
lain di vila
itu. Ya, yang
sekarang sedang tergeletak
tak bernyawa itu
adalah Lee Chae-rin,
kepala pelayan mereka.
Sementara itu, yang lain masih
terpaku di tempat
semula. Semua masih
bingung apa yang
sebenarnya terjadi.
Akhirnya, Thunder angkat bicara, “Sebaiknya kita
baringkan dulu ia di tempat
tidurnya, karena hanya
itu yang bisa
kita lakukan sekarang!”
usulnya.
Tanpa menimpali, mereka
segera melakukan instruksi
yang diberikan Thunder.
Leeteuk dibantu Yesung
dan Heechul mengangkat
tubuh yang masih
hangat itu ke tempat tidurnya,
sedang Siwon memejamkan
matanya sambil membacakan
do’a agar ruh
Lee Chae-rin bisa
diterima di alam-sana.
“Sebenarnya, apa yang telah terjadi padanya?”
gumam beberapa dari
mereka bersamaan.
Kemudian semua saling
menatap satu sama
lain dengan tatapan
penuh tanya. Mereka
hanya menggeleng, sama tidak
tahunya.
“Kalau aku lihat,
nampaknya ahjumma ini keracunan makanan!”
ujar Kevin. Yang lain kemudian
memerhatikan warna kulit
Lee Chae-rin yang
berubah penuh lebam
biru dan ungu .
Sepertinya memang keracunan. Entah
itu racun dari
makanan atau apalah.
“Ne, aku setuju
ia keracunan, tapi
bukan dari makanan
sepertinya!” sambut Nichkhun
sambil mengusap rambut
adiknya , sayang.
“Wae? Mengapa
kau bisa yakin
kalau racunnya bukan
berasal dari makanan?”
tanya Kyuhyun penasaran.
“Hmm . . .
karena kucing itu
sedang memakan sisa
makanan yang ada di piring
itu,” jawabnya sambil
menunjuk ke arah
meja. “Dan nampaknya
ia baik-baik saja!”
Semua mengangguk setuju. Ya –
mereka baru sadar
kalau ada seekor
kucing yang entah
datang darimana sedang
memakan makanan sisa
di atas meja. Sepertinya
tidak ada racun
di sana.
“Huft, kukira hyung
punya alasan yang
lebih bagus,” ujar
Kevin kecewa.
“Hyung!” panggil Ryeowook
tiba-tiba. Ia sedari
tadi menatap lekat
tubuh mayat di depannya.
“Nde,” seru semua
kecuali Kyuhyun tentunya. (khusus
suju, Nichkhun & Kevin gx termasuk!)
Mereka menatap Ryeowook
heran, dan menunggunya
menjelaskan sesuatu.
“Chakhaman, coba lihat
jarum suntik yang
tergeletak di bawah tempat
tidur itu,” ucapnya
seraya menunjuk ke bawah
tempat tidur dan
diikuti yang lainnya.
“Kalau aku perhatikan,
di pergelangan tangan
ahjumma ini ada
bekas luka, apa
mungkin berasal dari jarum suntik
itu?”
“Kau benar Wookie,
ada bekas luka disana,” kata
Sungmin mengiyakan.
“Andwae, tapi bekas
jarum suntikkan tidak
akan membuat luka sebesar
itu,” ujar Thunder
menolak gagasan Ryeowook.
“Ne, bisa saja
kalau luka itu
bekas perlawanannya,” timpal
Yesung tajam.
“Apa maksudmu Yesungie?”
tanya Leeteuk tidak
mengerti.
“Maksudku ada seseorang
yang melakukan kejahatan
di sini, dan
ahjumma ini melakukan
perlawanan ketika seseorang
itu menyuntikan suatu
racun ke dalam
tubuhnya.” Jelas Yesung.
“Nuguseyo?” tanya
Kyuhyun bingung.
“Molla,” jawab Yesung
mengangkat bahunya. “Mungkin ada
seseorang yang bersembunyi
di pulau ini, dan
ingin mencelakai kita.”
“Tapi itu tidak
mungkin Tuan, karena
tidak ada orang
lain selain kita
yang berada di pulau ini!”
tipal Sandara Park
dengan mata sembabnya
karena habis menangis. Tangannya
dibentangkan selebar depa
menunjuk semua orang
yang ada di ruangan
itu.
“Itu benar,” sambut
Gongshin-ji dan Park
Bom mengiyakan. “Karena
hanya seminggu sekali
ada seorang kurir
yang mengantarkan bahan-bahan
makanan atau kebutuhan
lainnya ke sini dengan
sebuah perahu. Setelah
itu, lantas ia
pergi lagi. Dan
ia baru akan
kembali 3 hari
lagi dari sekarang,
tepat dengan kedatangan
kapal ferry yang akan
menjemput kalian,” jelas
Park Bom.
“Jadi maksud kalian
tidak ada orang
lain lagi di sini selain
kita? Apa kalian
yakin?” tanya Heechul
tajam. Keempat orang
pelayan tadi menanggapinya
dengan anggukan mantap.
“Entahlah hyung, tapi
aku masih merasa
ada yang tidak
beres sedang terjadi
di sini!” ujar
Yesung masih antusias.
“Aku juga sependapat
denganmu, hyung!” sambut
Eunhyuk, yang lain
menatapnya heran.
“Wae geurae?” tanya
yang lain.
“Karena . . .
tadi pagi sewaktu
hendak memanggil Shindong
hyung ke kamarnya, aku
mendengar pekikkan tertahan
dari kamar ini,
dan kupikir pasti
ada seseorang di kamar ini
selain ahjumma!” jelasnya
sedikit ragu.
Semua diam membisu,
mereka tidak sanggup
membayangkan jika benar ada
seseorang di sini, di villa ini,
tengah melakukan suatu
pembunuhan. Semua membuang
jauh-jauh pikiran itu, tapi mereka
juga tidak dapat
menjelaskan bagaimana Lee
Chae-rin bisa meninggal
secara wajar. Nampaknya
wanita yang menikmati
hidupnya itu, tidak
mungkin mengakhiri hidupnya
dengan menyuntikan racun
ke dalam tubuhnya
sendiri.
“Aishh . . .
kenapa harus terjadi
hal seperti ini,
semua penuh dengan
tanda tanya yang
membuatku pusing!” pekik
Heechul kesal.
Tidak ada yang
meralat ucapannya, kali
ini semua setuju
kalau kejadian ini
membuat mereka harus
berpikir keras untuk
dapat memecahkannya.
“Baiklah,
sepertinya kami harus
kembali bekerja,” ujar
Thunder meminta diri.
Iapun segera pergi
bersama ketiga pelayan
yang masih menangisi
orang yang sudah
mereka anggap kakak
mereka sendiri.
“Ne, sebaiknya kita
tidak pergi ke mana-mana hari
ini, gunakanlah untuk
mengistirahatkan pikiran kita
masing-masing dan jangan
berpikir yang tidak-tidak,
arasseo?” ujar Leeteuk
dengan wibawa kepemimpinannya.
Semua mengangguk tanpa
mengeluarkan suara, dan
dengan segera mereka
meninggalkan kamar Lee
Chae-rin. Pintu kamar
ditutup.
Selanjutnya
semua tamu berdiam
diri di kamar
mereka masing-masing. Melewatkan
makan siang begitu
saja. Semua sibuk
dengan thinkselves. Anehnya, semakin dipikirkan, kejadian
tadi justru semakin
terasa mustahil.
Makan malam tiba.
Park Bom dan
Gongshin-ji mengantarkan makanan
ke kamar tamu.
Semua menolak dengan
alasan masih kenyang.
Tapi tak urung
juga mereka menikmati
hidangan yang sudah
disediakan sampai habis.
(yahh siapa yang
bisa nolak hidangan
yang dibikinin sama
Sandara, khkhkh)
>_<
Keesokan
harinya, semua tamu
sedang menikmati sarapan
yang telah dihidangkan
dimeja makan. Nampaknya
kejadian kemarin sudah
terhapus dari ingatan
mereka, tidak ada
seorangpun yang menyinggungnya. Setelah
mereka rasa cukup
untuk mengisi perut
masing-masing, semua pergi
untuk melihat tebing
tinggi yang berada
di sekeliling villa.
Mereka memandang ke sekeliling tebing
tinggi itu, dan
menemukan jalan setapak
yang menuju ke atas tebing.
Tanpa membuang waktu
lagi, semua mulai
menaiki tebing dengan
perasaan yang gembira.
“Hyung, aku sudah
lelah!” seru Shindong
yang berjalan paling
belakang.
Semua
menghentikan langkahnya, lalu
berbalik. Mereka tertawa
melihat wajah Shindong
yang memerah karena
kepanasan. Ya, saat
itu matahari memang
sudah mulai naik
keatas, dan tidak
ada pepohonan seperti
yang biasa muncul
di puncak gunung. Yang
ada hanya bebatuan
keras yang terbentuk
oleh alam.
“Yah hyung! inikan
baru setengahnya, masa
sudah lelah,” gerutu
Kyuhyun.
“Bukannya tadi kau
sarapan paling banyak,
ayo cepat naik
kalau tidak nanti
kami tinggal sendirian!
Mau,” ancam Heechul.
“Baiklah, tapi pelan-pelan.
Kakiku sudah kelelahan,”
pinta Shindong yang
diikuti anggukan ngasal dari
yang lain. Akhirnya
ia masih tertinggal
juga, dengan sekuat
tenaga ia menggerakan
kakinya menaiki tebing.
‘Mengagumkan . . .’
Itulah yang ada di
pikiran mereka sekarang.
Hamparan laut yang
begitu luas telihat
jauh lebih indah
dilihat dari atas
tebing, mentari pagi juga tampak
lebih dekat.
“Hyung! Coba lihat
kemari,” seru Kevin
keras.
“Mwo??” tanya semua
heran.
“Lihat ke bawah
sana,” pintanya sambil
menunjuk ombak laut
yang menggulung-gulung di bawah sana.
“Aku tidak bisa
membayangkan kalau ada
seseorang yang terjatuh
ke bawah sana,”
tambahnya sedikit ngeri.
“Kau jangan membayangkan
yang tidak-tidak, chagiya!”
ujar Kyuhyun seraya
merangkul bahu Kevin.
Kevin
memandangnya kaget plus
heran, sementara Nichkhun
hanya bisa mengepalkan
kedua lengannya. Ia
sudah tahu permainan
mereka.
“Benar, lebih baik
kita jauh-jauh dari
jurang di bawah
sana, biar tidak
jatuh!” kali ini
Donghae yang berulah,
ia menarik tangan
Kevin menjauh dari
tempat berbahaya itu
diikuti oleh Kyuhyun
yang tangannya masih
menempel di bahu
Kevin.
Ryeowook memeluk tangan
couplenya Yesung dengan
erat. Seakan-akan Ryeowook
meminta agar hyungnya
itu tidak ikut-ikutan
menggoda Kevin. Yesung
langsung tersenyum mengerti.
Tetapi kali ini
berbeda, Shindong ikut-ikutan
nimbrung. Yang lain
hanya menatap geli
melihat tingkah ketiga
namja yang kurang
kerjaan.
Shindong
menghempaskan lengan Kyuhyun
yang merangkul bahu
Kevin, juga tangan
Donghae yang menggenggam
tangan Kevin. “Hei,
badanku jauh lebih
besar dari kalian
berdua! Jadi aku
yang pantas melindunginya.”
“Aishh . . .
coba lihat badanku
lebih tinggi dari
kalian berdua! Jadi
biar Kevin bersamaku
saja,” ujar Kyuhyun
tidak mau kalah.
“Omo~ . . . yang
benar saja! Lihatlah,
aku jauh lebih
tampan dari kalian
berdua!” seru Donghae lantang.
Semua yang mendengarnya bergubrak
ria, eh bukan,
yang lain menatapnya
keheranan.
‘Memangnya wajah
tampan berpengaruh untuk
melindungi seseorang?’ batin
yang lain.
Karena sama-sama tidak
mau kalah, mereka
saling menarik lengan
Kevin. Kevin juga
tahu mereka sedang
bercanda, tetapi mengapa
harus ia yang
jadi korban. Nichkhun
sudah tidak tahan
lagi melihat adiknya
ditarik sana-sini, ia
maju ke depan
hendak menolong adiknya.
Tetapi langkahnya terhenti_
“Kyu, sini ikut
aku!” teriak Sungmin
yang menghentikan aksi
ketiga namja kurang
kerjaan itu. Dengan
cepat Sungmin menarik
Kyuhyun menjauh dari
Kevin.
Seolah merasa tidak
sempat terinterupsi, Donghae dan
Shindong melanjutkan lagi
aksi mereka. Kini giliran
Eunhyuk yang berteriak,
“Hae, apa yang
sedang kau lakukan!
Apa kau sedang
selingkuh di depanku? Hah!”
Donghae terkejut mendengarnya,
ia langsung menjauhi
Kevin lalu meminta
maaf kepada couplenya.
Shindong
celingak-celinguk sendiri, entah
karena sudah tidak
ada lawan atau
mungkin sedang menunggu
seseorang yang akan
menariknya menjauhi Kevin
seperti yang lain.
“Hyung, apa kau
baik-baik saja?” tanya
Kevin yang membuat
Shindong terhenyak kaget
plus malu juga.
Semua menertawakan kekonyolan
Shindong, sedang ia
sendiri mengalihkan perhatian
dengan meminta agar mereka segera
menuruni tebing dan
kembali ke villa
untuk makan siang.
Semua menuruni tebing
dengan perasaan gembira,
dan kali ini
Shindong yang memimpin
didepan. (yaiyalah . .!)
Ketika mereka telah
sampai di depan
vila, tiba-tiba terdengar (lagi-lagi!)
suara jeritan histeris
dari arah gudang
makanan. Semua segera
berlari ke sumber
datangnya suara.
Leeteuk tampak kecewa
begitu sadar mereka
lagi-lagi terlambat menyelamatkan
nyawa orang yang
mungkin telah terancam
bahaya. Seseorang terkulai
lemas di atas lantai. Tubuhnya
bersimbah darah, sebilah
pisau masih menempel
tepat di ulu hatinya.
Ia adalah Park
Bom.
Semua ketakutan melihatnya,
mereka merapatkan diri
dengan upaya bisa
melindungi satu sama
lain. Ternyata pikiran
yang sudah mereka
buang jauh-jauh itu
benar, ada seseorang
di villa ini
sedang melakukan kejahatan.
“Siapa yang tadi
berteriak dari arah
si . . .” ucapan Thunder
terputus ketika ia
melihat seorang mayat
sudah terbaring dengan
kondisi yang mengenaskan.
“Ada apa berkumpul
semua disini?” tanya
Sandara Park yang
baru saja datang
bersama dengan Gongshin-ji
di belakangnya.
“Li . .hat disannn .
. .a!” seru Gongshin-ji
terbata sambil menunjuk
mayat Park Bom.
Mereka berduapun terjatuh
lemas, keduanya menangis
karena kehilangan lagi
rekan kerjanya, juga
ketakutan dengan sesuatu
yang jahat sedang
terjadi di sekitar
mereka.
“Sebaiknya kita tidak
tepisah-pisah lagi, agar
kita bisa melindungi
satu sama lain!”
usul Thunder yang
diiringi anggukan setuju
semua orang yang
hadir di situ.
Dengan langkah lemas,
merekapun meninggalkan mayat
Park Bom di tempat
semula. Tidak ada
yang berani mendekatinya,
karena terlalu banyak
darah disekujur tubuhnya.
Sekarang semua terduduk
lemas memandangi hidangan
makan siang di meja makan,
bahkan Shindong pun
ikut tidak berselera
untuk makan.
“Makanlah selagi kalian
bisa,” ujar Thunder
sambil membawa tiga
kursi lagi untuk
Sandara, Gongshin-ji, dan
satu lagi untuknya.
“Benar,
sebaiknya kita isi
perut kita dengan
makanan ini!” seru
Leeteuk mengiyakan. “Makanlah
secukupnya, agar kita
mendapatkan energi untuk
menghadapi situasi yang
tidak kita inginkan
ini.”
Tanpa memprotes, semua
segara memakan hidangan
yang sudah tersedia. Semua makan, termasuk
ketiga pelayan di
vila itu.
>_<
Malamnya, semua memutuskan
untuk tidur diruangan
yang sama. Ruang
Keluarga. Semua tidur
nyenyak karena kelelahan,
ada yang tidur di sofa
dengan posisi yang
tidak beraturan, serta
ada yang tidur
menggelar tikar di atas lantai.
Sebelumnya mereka telah mengunci pintu
ruang keluarga dari
dalam, agar tidak
ada seseorang diluar
sana melakukan kejahatannya
lagi.
Keesokan
harinya, semua terbangun
dari tidurnya dengan
perasaan senang, karena
waktu untuk menunggu
sebuah perahu yang
akan menjemput mereka
pulang semakin berkurang.
Mereka mengucek-ngucek matanya,
agar rasa kantuk
yang masih tersisa
segera hilang.
“Apa semua sudah
bangun?” tanya Heechul
sambil celingak-celinguk melihat
sekitarnya.
“Hmm . . . belum semua,”
sahut Sandara Park.
“Hey! Gongshin-ji, ireona,
kajja!” teriaknya sambil
mengguncang-guncangkan tubuhnya.
Namun tidak ada
respons juga dari Gongshin-ji, ia
tetap tersenyum di dalam tidurnya.
Karena Sandara mulai
khawatir, didekatkannya jari
telunjuknya ke bawah
hidung Gongshin-ji. Tidak
ada napas di sana. Ia
masih berusaha mengumpulkan
akal sehatnya untuk
tidak berteriak histeris.
“Gwenchanayeo . . .?”
tanya Thunder karena
melihat keanehan dari
sikap Sandara.
Yang ditanya hanya
menggeleng cepat, lalu
berteriak dengan keras.
“Ini tidak mungkin!
Iya ini tidak
mungkin, tidak mungkin.”
Lalu ia menangis
sejadi-jadinya.
Yang lain keheranan
melihatnya. Secepat kilat
semua bergerombol mengelilingi
Sandara. Thunder segera
memeriksa tubuh Gongshin-ji
yang masih tertidur
lelap itu. Ia
memeriksa denyut nadi
di tangannya, lalu
menggeleng lemas sambil
menatap yang lain.
“Aishh . . . apa maksudmu?”
geram Heechul lalu
ia kembali memeriksa denyut
nadi ditangan Gongshin-ji
untuk meyakinkannya.
“Waeyo, Heechul-ah?” tanya
Leeteuk karena dongsaengnya
itu tidak segera
melepas tangannya dan
terus memeriksanya berulang-ulang.
Heechul dengan masih
tidak percaya menggeleng
lemas sambil bergumam,
“Ia sudah meninggal,
hyung!”
Semua terkejut mendengarnya,
mereka tidak percaya
melihat tubuh yang
sekarang sedang tertidur
manis itu sudah
tidak bernyawa. Apa
maksudnya ini? Satu
kejahatan lagi? Lagi?
“Hyung, aku takut!”
pekik Ryeowook nyaris
berbisik. Yesung langsung
mendekapnya erat sambil
mengusap-usap punggungnya menenangkan.
Sementara Kyumin dan
Eunhae couple entah
sejak kapan sudah
saling merangkul satu
sama lain. Kevinpun
sudah ada di pelukan kakaknya.
“Aku tidak habis
pikir, mengapa ini
bisa terjadi? Padahal
jelas-jelas pintu terkunci
dari dalam, jadi
tidak mungkin orang
lain bisa masuk
ke sini,” ujar
Siwon setelah mengecek
pintu di ruang
keluarga itu.
“Kau benar chagiya,
tidak mungkin ada
orang lain masuk
ke dalam sini
lalu melakukan …. Yeah, you
know that,”
sahut Shindong setuju.
Ia tidak berani
mengucapkan kata ‘pembunuhan’.
Rasanya terlalu ngeri.
Siwon yang mendengar
ia dipanggil begitu
oleh Shindong langsung
memprotes ucapannya. “Mwo?
Jangan memanggilku begitu
hyung, aku bukan
kekasihmu tahu!”
“Berisik!”
teriak Heechul frustasi.
Ia tidak tahan
melihat kematian begitu
saja terjadi di depan
matanya.
“Sabar Heechul, kau
jangan terbawa emosi!”
seru Leeteuk menasehati
dengan lembut. “Kalian
benar, pintunya memang
masih terkunci.” ujarnya.
“Apa mungkin, pelakunya
salah seorang di antara
kita?” gumam Yesung
amat pelan. Walaupun
demikian, semua masih
bisa mendengar suaranya
itu.
“Mwo???”
Semua saling menatap
satu sama lain
tidak percaya.
“Itu tidak mungkin! Kau
jangan mempengaruhi pikiran
seperti itu. Jangan
membuat kepercayaan di
antara kita hilang
karena sugestimu!” seru Thunder menolak
ucapan Yesung. “Bisa
sajakan ia menelan
obat tidur dengan
dosis tinggi, yang
bisa membuatnya tidak
terjaga lagi!”
“Tapi
Gongshin-ji tidak mungkin
melakukan itu, ia
pernah bilang padaku
ingin segera bertemu
dengan keluarganya di
Korea!” timpal Sandara
yang masih terisak
dalam tangisannya.
“Lalu mengapa ia
bisa tertidur sambil
tersenyum seperti itu
kalau bukan ia
sendiri yang menginginkan
kematian ini?” tanya
Thunder yang diikuti
anggukan dari yang
lain, walaupun sebenarnya
mereka masih yakin
kalau ia mati
dibunuh.
“Rapture in
death,” bisik Siwon.
Ryeowook menatap Siwon
ngeri.
Semua segera beranjak
dari ruang keluarga
meninggalkan mayat Gongshin-ji
yang masih tertidur
dengan nyaman di sofanya.
Sandara dibantu Ryeowook
dan Sungmin membuatkan
sarapan untuk semuanya,
mereka tidak ingin
menyerah pada keadaan
begitu saja. Sementara
yang lain sedang
membersihkan diri bergantian.
Mereka tidak ingin
terpisah, takut terjadi
hal-hal yang tidak
mereka harapkan lagi.
Setelah masakan selesai
dibuat, mereka segera
menghabiskan hidangan yang
sudah tersedia di atas meja
makan. Tidak ada
percakapan di sana, semua
menutup mulut masing-masing. Rasanya —setelah tiga
kematian terjadi di
depan mata mereka,
semua terasa berbeda.
Tidak ada keceriaan seperti
dulu lagi. Hanya
kewaspadaan yang mereka
rasakan. Waspada siapakah
yang akan menjadi
korban selanjutnya.
Sarapan selesai. Semua
memutuskan untuk berdiam
diri di dalam
villa. Mereka terlalu
takut untuk berpisah
lagi.
Saat malam tiba,
mereka memutuskan untuk tidur di ruang
kesenian. Banyak lukisan
yang dipajang di
sana. Nampaknya pemilik
villa ini suka
sekali mengumpulkan barang-barang
bernilai seni. Tidak
ada sofa di
ruangan itu. Jadi
terpaksa mereka harus menggelar
tikar di atas lantai
untuk bisa tidur,
termasuk Sandara, walaupun
ia satu-satunya wanita
di sana.
Berbeda dengan malam
sebelumnya, malam ini
mereka tidur dengan
gelisah. Khawatir kejadian
kemarin akan
terulang kembali.
>_<
Matahari bersinar hangat
pagi itu. Semua
terjaga dengan wajah
gembira. Ini hari ke-6 mereka
ada di pulau
tersebut, artinya hanya
tinggal satu hari
lagi mereka terkurung
di pulau asing
itu.
Semua merasa bahagia
sampai tiba-tiba mereka
menyadari sesuatu.
“Di mana Thunder,
apa dia sudah
terjaga duluan? Lalu
ia pergi ke mana?” tanya
Sandara cemas. Matanya menyapu
ke seluruh ruangan, mengamati
satu persatu wajah-wajah yang
ada di hadapannya saat ini.
Tidak ada, Thunder
tidak ada di
sana.
“Jangan cemas begitu,
mungkin saja ia
sedang menghirup udara
pagi!” sahut Leeteuk
lembut.
Sandara tampak sedikit
tenang. “Baiklah, kalau
begitu aku buatkan
sarapan dulu,” ujarnya
sambil berlalu diikuti
Ryeowook dan Sungmin.
“Ya sudah hyung,
biar aku dan
Hyukkie yang mencari
Thunder,” usul Donghae.
“Kalian mandi duluan
saja!”
Donghae dan Eunhyuk
memulai pencarinya di taman,
tapi Thunder tidak
mereka temukan di sana.
Mereka kemudian melanjutkan mencari
di tempat lain, tidak ada
juga. Begitu selanjutnya.
Mereka terus mencari
sampai keduanya benar-benar
lelah dan segera
kembali bergabung dengan
yang lain.
“Hyung kami tidak
menemukannya, dia tidak
ada di taman.
Kami sudah mencarinya
di mana-mana, tapi
dia tidak ketemu
juga!” lapor Eunhyuk
dengan wajah letih.
“Benar hyung, aku
sudah lelah dan
perutku lapar pula!”
seru Donghae memegangi
perutnya yang mulai
keroncongan.
“Ya sudah, lebih
baik kita segera
sarapan! Nanti kita
cari sama-sama,” ujar
Leeteuk.
Ya— tanpa
menunggu lagi, semua
duduk di tempatnya
masing-masing dan segera memakan sarapan
yang telah tersedia.
Seperti yang telah
direncanakan, begitu selesai
sarapan, semua mencari
Thunder bersama-sama. Semua
ruangan di dalam
villa mereka periksa
satu persatu, termasuk
di kamar Lee Chae-rin,
gudang makanan yang
juga ada mayat
Park Bom, serta
ruang keluarga tempat
Gongshin-ji yang tertidur
untuk selamanya itu, namun Thunder
tidak juga ditemukan. Hanya
bau bangkai yang
telah membusuk yang
mereka dapati. Semua
menahan rasa mual
kala bau busuk
itu tercium.
Ketika semua terus
berjalan tak tentu
arah, tiba-tiba Sandara
berhenti. Ia seperti teringat
sesuatu.
“Shireo! Ada satu
ruangan lagi yang
belum kita lihat!”
serunya.
“Di mana?” tanya
Leeteuk.
“Gaja! Ikut aku
ke ruang bawah
tanah, kita belum
memeriksanya,” jawabnya sambil
mengajak semua untuk
mengikutinya.
Tanpa bertanya lagi,
semua mengikuti Sandara
dari belakang. Mereka
terus berjalan melewati
ruangan-ruangan yang telah
mereka lewati sebelumnya,
sampai akhirnya berhenti
di sebuah perpustakaan.
“Hey! Mengapa kau
mengajak kami ke mari? Tidak
ada waktu untuk
membaca buku sekarang
ini!” seru Heechul.
‘sssttt . . .’
Sandara memberi tanda
agar semua diam,
lalu ia menjulurkan
tangannya ke sebuah
buku yang ada di salah
satu rak di perpustakaan itu.
Tangannya bergerak memutar
buku yang sekarang
disentuhnya. Tiba-tiba rak
itu berputar 900.
Ada sebuah ruangan
di balik rak
itu . Semua tampak
kaget ketika melihat
pemandangan di depan
mereka sekarang. Semua
tampak gelap sampai
Sandara menekan salah
satu sakelar di ruangan itu.
Sebuah tangga menurun
terlihat di sana, Sandara memimpin
di depan. Karena
ia satu-satunya yang
hafal ruangan itu, semua mengikuti
langkahnya tanpa protes
sedikitpun.
Kevin menuruni tangganya
yang terakhir dengan
hati-hati. Begitu ia mendongak,
tampaklah sebuah ruangan
yang sangat luas tapi kotor dan berdebu.
Sepertinya ruangan ini
tidak terurus. Ada
banyak rak yang
berisi cairan-cairan kimia
di sana, gelas-gelas
kimia diletakkan di atas meja. Mungkin ruang
bawah tanah ini sengaja dibuat
untuk melakukan suatu
eksperimen. Atau simplenya, ini
labolatorium kimia.
“Aku rasa, Thunder tidak
ada di sini,”
gumam Leeteuk pelan.
“Jinjja, Lalu kita
harus mencarinya ke mana
lagi?” sahut Sandara
kebingungan.
Tiba-tiba sebuah tembok
bergeser kala Kyuhyun
menyentuh sesuatu di
atas meja praktikum.
Dalam sekejap muncul ruangan
gelap di hadapan
mereka. Begitu cahaya
mulai masuk ke
dalam ruangan tadi, semua
terkejut melihat
ada seseorang di balik tembok
sudah terkapar dengan
berlumuran darah di sekujur
tubuhnya. Itu adalah
sosok tubuh yang
sedang mereka cari-cari
sejak tadi. Thunder!
Tanpa dikomado semua
berlari menuju tangga
ke atas, mereka
tidak ingin lebih
lama lagi berada
di bawah sana, menyaksikan
hasil kejahatan seseorang
yang entah berada
di mana sekarang
ini.
“Kita tidak bisa
begini terus! Aku
sudah lelah!” teriak
Heechul dangan nafas
tidak beraturan.
“Bukan kau saja
hyung, tapi kita
semua juga sudah
tidak tahan menghadapi
situasi yang mengerikan
seperti ini!” timpal
Donghae cepat.
“Orang yang sedang
memburu nyawa kita
ini benar-benar sangat
berbahaya, ia mengetahui
semua ruangan di villa ini!”
seru Yesung.
“Dan ia sangat
terampil melakukan aksinya,”
tambah Ryeowook yang
membuat semua makin
bergidik ngeri.
Sekarang mereka berkumpul
di depan villa. Tidak
ada yang berniat
untuk masuk kembali
ke dalamnya. That’s a nightmare
villa.
“Hyung!” panggil Kyuhyun,
yang lain menoleh
padanya. “Kalian masih
ingat dengan isi
surat yang diberikan
orang itu?”
“Apa maksudmu surat
dari Kira Yamato-san,
Kyu?” tanya Sungmin
memastikan.
Kyuhyun
mengangguk. “Chakhamman, di sana tertulis ‘
bukan hanya liburan
yang saya tawarkan,
tetapi juga sebuah
petualangan yang tidak
akan pernah kalian
lupakan!’ ” jelas Kyuhyun
mengingatkan isi surat
itu kembali.
“Nde, we
don’t forger it!”
guman semua serempak
kecuali Sandara. (dia kan gx
dpt surat!)
“Ne, apa maksudmu
dia yang melakukan
semua ini, Kyu?”
tanya Siwon tidak
percaya.
Nickhun dengan cepat
menyela, “Ne, Siapa lagi
yang mengetahui seluk-beluk
villa ini selain
para pekerja di sini, pembuat vila
ini, dan . . .!” ucapannya
terhenti. Ia menatap
semua bergantian.
“Pemilik vila ini,”
lanjut Kevin.
Eunhyuk
mendengus kesal. “Dasar
licik, dia sengaja
mengundang kita untuk
masuk ke dalam
perangkapnya!” umpatnya sambil
menendang batu yang
ada di dekatnya.
“Tenanglah
Hyukkie, ini hanya
sebuah dugaan saja,
dan kalaupun semua
ini benar kita
jangan menyerah begitu
saja,” ucap Leeteuk
sambil mengusap-usap punggung Eunhyuk, menenangkan.
“Kau benar hyung,
jumlah kita lebih
banyak jadi kita
pasti bisa mengalahkannya!” seru
Shindong bersemangat.
Semua mengangguk setuju. Merekapun
menyusun rencana agar pembunuh
berdarah dingin itu
tidak menjatuhkan korban
lagi.
Tanpa mereka sadari,
seseorang yang entah
siapa dan berada
di mana saat ini
tengah menyusun rencana
untuk segera memberikan
mimpi buruk yang
tak akan pernah
mereka lupakan. Itu
juga kalau mereka
bisa bertahan hidup ….
>_<
Matahari terbenam. Kini siang telah berganti malam.
Semua masih terduduk
di atas rumput di taman
villa sejak tadi
siang. Tidak ada
yang ingin beranjak
masuk ke dalam
villa, meskipun udara
malam yang dingin
menembus kulit mereka.
Semua saling berpelukan
agar terasa lebih
hangat, termasuk Sandara
yang entah sejak
kapan dipeluk oleh Leeteuk
dengan erat. Mereka
melakukannya agar tidak
ada yang mati
kedinginan.
“Hyung,
sepertinya perutku mulai
terasa lapar!” ujar
Shindong memecah keheningan.
Tidak ada respon.
Semua masih berpelukan
satu sama lain
dan memilih untuk
menutup mulut. Mereka
tenggelam dalam pikirannya
masing-masing. Tidak tahu
apa yang akan
terjadi pada mereka
selanjutnya, nasib mereka
seakan berada di tangan pembunuh
berdarah dingin itu.
“Hyung!” panggil Shindong
lagi.
Dengan lemas Leeteuk
menjawab, “Maaf Shindong-ah,
kau jadi mengalami
hal seperti ini,
ini semua salahku!”
Leeteuk terdiam kembali. Tiba-tiba
Sandara melepas pelukan
Leeteuk, lalu ia bangkit berdiri.
“Kau mau kemana?”
tanya Leeteuk heran.
Semua menatap Sandara,
sepertinya semua sudah
tersadar dari lamunannya
yang terlalu rumit
itu.
“Kalian tunggulah disini,
biar aku ambilkan
apa saja yang
bisa dimakan di dalam,” jawabnya
lalu mengangguk pasti
sambil bergumam, “Tidah
usah khawatir, aku
akan baik-baik saja!”
Semua menatap kepergian
Sandara dengan tatapan
kosong, mereka masih
enggan untuk masuk
lagi kedalam villa
itu.
Setengah jam sudah
berlalu, namun Sandara
belum juga menampakan
diri. Leeteuk mulai
khawatir terjadi sesuatu
padanya. Iapun mengusulkan agar mereka sama-sama mencarinya ke dalam.
Dengan malas Leeteuk
membuka pintu depan
villa itu, lalu
mengangguk kecil agar
semua masuk ke
dalam. Sambil terus
waspada, semua melangkah
masuk ke ruang
depan.
‘PRENG . . .!’
Sebuah lampu hias
berukuran besar yang
ada di ruangan
itu terjatuh tepat
di hadapan mereka!
Suara pecahan kaca
dari lampu hias
terdengar nyaring. Pecahannya
bertebaran ke mana-mana.
Dengan reflex semua
melangkah mundur. Mereka
terhenyak kaget sekaligus
geram. Bagaimana tidak?
Jika saja tadi
mereka berada tepat
di bawah jatuhnya
lampu tersebut, tidak
terbayangkan bagaimana keadaan
mereka sekarang.
“Hwa .. ha ha ha ha.”
Suara tawa terdengar
dari atas—tawa yang
mengerikan.
Semua menoleh cepat
ke sumber suara.
Di atas sana
sesosok makhluk gelap
memandang tajam pada mereka.
Tatapannya itu adalah
tatapan death glare . . . tatapan yang
siap membunuh! Dia
terjun— bukan—namun tampak seperti
terbang dan menuju
ke arah mereka
yang sekarang sedang
membatu saking terkejutnya.
Dalam hitungan detik,
semua mulai berlari
tak tentu arah. Sekuat
tenaga mereka berusaha
menyelamatkan diri masing-masing.
Leeteuk berhenti dengan
nafas yang tidak
beraturan serta detak
jantung yang bisa
ia rasakan terdengar
kencang saking cepatnya
memompa darah. Setelah
napasnya agak normal
kembali, ia melihat
ke sekeliling tempatnya
berdiri sekarang, semuanya
dipenuhi semak hias. Rupanya ia
masuk ke dalam labirin.
Saat ia menoleh
ke belakang, betapa
terkejutnya ia begitu
mendapati hanya ada 5
orang dongsengnya di
situ.
“Di mana yang
lain?” tanyanya cemas.
Semua menggeleng cepat.
Tanda tidak tahu.
Di labirin itu
hanya ada Siwon,
Heechul, Eunhae, dan
Shindong juga Leeteuk
sendiri. Leeteuk menampakkan
raut wajah sedih.
Sebagai seorang yang
paling tua sekaligus
pemimpin dari dongsaengnya,
ia meraga gagal.
Gagal karena telah mengambil keputusan
yang salah, yaitu
menyetujui liburan ini
tanpa pertimbangan yang
matang. Ya … iya
sendirilah yang membawa
mereka semua dalam
situasi seperti sekarang
ini.
“Hyung, kau jangan
menyalahkan dirimu sendiri!”
seru Heechul seakan
tahu apa yang sedang dipikirkan hyungnya
itu. Namun yang
diajak bicara tidak
bergeming, ia masih
menunduk sedih.
“Benar hyung, kalau
saja kami tidak
memohon pada hyung agar mengijinkan
kami untuk berlibur
di pulau mengerikan
ini . . . semua hal buruk tidak akan
terjadi!” kali ini
Donghae yang bicara
dengan sedikit menekan
kata-kata terakhirnya.
Leeteuk
menengadahkan wajahnya, dengan
sedikit tersenyum yang
terlihat dipaksakan ia
menjawab pelan, “Gomawo,
tapi aku tidak
tahu apa yang
harus kulakukan sekarang,
dan bagaimana keadaan
yang lainnya, aku
memang leader yang tidak
bisa diandalkan! Mian . . .”
“Jangan bilang begitu
hyung, kami semua
menghormatimu!” sela Eunhyuk
yang langsung menghambur
memeluk hyungnya.
Yang lainpun ikut
berhamburan memeluk Leeteuk
sambil sedikit terisak
menangis. Leeteuk tersenyum
bahagia, jauh di lubuk
hatinya ia bangga
memiliki dongsaengdeul yang
baik.
“Hyung,
sebaiknya kita harus
mencari jalan keluar
dari labirin gila
ini, baru kemudian
mencari yang lainnya!”
seru Siwon sambil
melepas pelukannya.
Semua menoleh kearah
Siwon, lalu mengangguk
setuju.
“Baiklah! Ayo kita
jangan buang-buang waktu
lagi,” ujar Leeteuk
tegas. Semangatnya membara (membara? Lo kira
api! LOL) kembali. Senyuman
manis tersungging di bibirnya. Eunhae
ikut tersenyum melihat leadernya bersemangat kembali. So sweet
:*
>_<
Yewook, Kyumin serta
Nichkhun dan Kevin
sedang terperangkap di ruang
bawah tanah. Ruangan yang begitu gelap, pengap, dan sedikit bau.
“Hyung, kita ada
dimana? Mengapa begitu
banyak terowongan di sini?”
tanya Ryeowook dengan
napas memburu. Ia melihat ke
sekelilingnya, lalu merapatkan
tubuhnya pada Yesung
dan merangkul tangannya
erat.
“Molla,” jawab Yesung
sambil menggeleng pelan,
lalu mengusap rambut
Ryeowook lembut dengan
tangannya yang masih
bebas dan menarik kepalanya
agar bersandar di bahunya. “Tidak
usah takut, kau
bersamaku!” bisiknya.
“Kyu, kau harus
berjanji untuk melindungiku,
dan jangan pernah
meninggalkanku!” pinta Sungmin
masih dengan napas
yang tidak beraturan.
“Hh, bukankah hyung
jago taekwondo, harusnya
hyung bisa jaga
diri sendiri!” jawab
Kyuhyun menggoda.
“Aishh . . . apa
kau minta kuhajar
Kyu!” bentak Sungmin
marah, ia sudah
mengepalkan kedua lengannya.
Kyuhyun malah terkekeh
melihat respon hyungnya,
dan itu membuat
Sungmin bertambah marah.
Ia sudah memasang
kuda-kuda, siap menghajar
orang.
Kyuhyun berhenti tertawa. Ia
melangkah mendekat ke arah Sungmin
yang sekarang menatapnya
heran.
“Hyung, jangan marah!
Aku hanya menggoda
hyung, tentu saja
aku tidak akan
meninggalkanmu, chagi!” ujar
Kyuhyun mesra. Matanya
menatap tajam pada
Sungmin, senyuman manis
tersungging di bibirnya. Tentu
saja Sungmin langsung
meleleh! (emangnya lilin,
meleleh xp!)
Kyuhyun
mengacak-acak rambut hyungnya
yang imut itu,
lalu mencium dahinya
sayang kemudian memeluknya. Sungmin
hanya tersipu malu.
“Cihh . . .!
sempat-sempatnya kalian bermesraan
dalam situasi seperti
ini,” cibir Nichkhun
sambil menutup mata
adiknya dan berjalan
menjauhi 2 pasangan
itu.
Yewook dan Kyumin
couple langsung melepas
pelukan mereka, dan
menoleh ke arah
Nichkhun. Nichkhun dan
Kevin melangkah pergi
meninggalkan mereka yang
masih cengo.
“Mian, kami tidak
bermaksud begitu!” teriak
Yesung.
Nichkun
menghentikan langkahnya sejenak.
“Kajima! Jangan sampai
kita terpisah
lagi. Sekarang jumlah
kita tinggal 6
orang, sebaiknya kita
cari jalan keluar
sama-sama!”
Ucapan Yesung memang
benar, sebaiknya mereka
terus bersama. Memisahkan diri
hanya akan memperburuk
keadaan. Dengan langkah
malas, akhirnya Nichkhun
dan Kevin kembali
bergabung.
“Baiklah!
Sekarang kita harus
memilih jalan mana?
Di depan ada
3 terowongan dan
aku yakin semuanya
menuju arah yang
berbeda,” tanya Nichkhun
bingung.
“Kita lewat sebelah
kiri saja hyung,”
usul Kevin menunjuk
salah satu terowongan
di depan mereka.
“Kajja, tunggu apa
lagi, kita tidak
akan tahu kalau
belum mencobanya,” ucap
Yesung menggangkat kedua
bahunya. Pasrah.
Merekapun mulai menyusuri
jalan yang mereka
pilih, tanpa tahu
apa yang menunggu
mereka di sana.
>_<
Dalam gelapnya malam yang hanya
diterangi oleh sinar rembulan, sesosok
tubuh berjalan cepat
memasuki labirin. Ia
tersenyum. Bukan, itu
lebih tampak seperti
sebuah seringaian jahat.
Tubuhnya tertutup oleh
jubah panjang berwarna
gelap dengan bercak
darah di mana-mana
yang telah mongering. Wajahnya
tertutup topeng, sehingga
tampak menakutkan. Tangan
kanannya memegang gergaji
listrik yang sedang
digunakannya untuk memangkas
habis semak hias
di sekitarnya.
Keenam orang yang masih kebingungan
mencari jalan ke
luar dari sana itu
segera
berlarian setelah menyadari
makhluk menyeramkan yang
mengincar nyawa mereka
kini sudah mendekat.
“Ikuti aku, jangan
terpisah lagi, ok!”
teriak Leeteuk sambil
terus berlari menjauh.
Di bawah sana, Yesung
dan yang lainnyapun
sedang dikejar oleh
sesosok makhluk dengan
penampilan serupa seperti
yang mengejar Leeteuk cs.
Tapi makhluk ini tidak membawa
gergaji listrik, melainkan
dua buah katana (pedang) di kedua tangannya
yang berkilauan tertimpa
cahaya temaram lampu.
Sulit dibayangkan—malam terakhir
di Shikoku Island
yang seharusnya menjadi
malam paling menyenangkan, justru berubah
menjadi malam yang
paling mengerikan. Harapan
mereka saat ini
hanya satu : anybody
help us! Save
our life!
“Bertahanlah . .
.! di
depan sana sudah
terlihat jalan keluar
dari labirin yang
menyesatkan ini!” teriak
Leeteuk sambil menunjuk
suatu tempat jauh
di depan mereka. Ia
berusaha menyemangati dongsaengnya
yang amat kelelahan
setelah berlari memutari
labirin lebih dari
100 kali.
Serentak semua mendongak
ke depan. Benar
kata Leeteuk, di
sana memang ada
jalan keluar. Cahaya
terang memancar di
sekeliling jalan tersebut.
Sementara di belakang
sana, suara orang
yang memangkas semak
hias itu terdengar
makin mendekat.
“Hyung, kita harus
mencari tempat untuk
bersembunyi!” seru Donghae
susah payah. Napasnya
sudah senin-kamis alias kagak
beraturan lagi.
“Ne, kau benar.
Sepertinya kita sudah
tidak kuat lagi
untuk berlari,” ujar
Leeteuk seraya menyapukan
pandangannya ke seluruh
sudut labirin. Matanya
langsung tertuju pada sebuah pintu,
yang ia yakini
belum pernah dilihatnya.
Leeteuk langsung menghampiri
pintu tersebut. Pintu
yang terbuat dari
besi dengan tinggi
dua kali tinggi
badannya. Ia mencari
kenop untuk membuka
pintunya dan Leeteuk
yakin kalau besi
besar yang menempel
di tengah pintu
itu adalah kuncinya.
(bayangin pintu yg
ada di perahu
bajak laut!)
“Ayo, bantu aku
membuka pintu ini!”
pintanya. Semua mendekat.
Mereka berusaha memutar
besi besar di
tengah pintu itu dengan sisa
tenaga yang masih
ada.
Pintu terbuka.
Semua tercengang seketika.
Tampak keenam orang
yang tadi terpisah
dari mereka, saat
ini justru berada
dalam situasi yang
sangat berbahaya.
Meski situasi tidak
membaik, Leeteuk tetap
senang bisa melihat kembali
dongsengdeulnya dalam keadaan
normal dan tanpa
cedera sedikitpun.
Makhluk dengan jubah
hitam itu kini sedikit teralih
perhatiannya. Ia menjulurkan
satu katananya lagi kearah Leeteuk
cs, dengan tatapan
death glare, yang
berarti kalian diam
di tempat atau
mati sekarang juga!
Semua terpaku di
tempat masing-masing. Mencari
celah untuk melarikan
diri lagi. Lagi!
Tiba-tiba terdengar sebuah
lengkingan tajam. Makhluk
berjubah hitam itu
menurunkan katananya dan menoleh ke arah sumber
suara yang dikenalnya.
Semua memanfaatkan celah
tersebut untuk segera
menyelamatkan diri. Mereka
berlari mengikuti Leeteuk
yang mengintrusikan agar
semua mengikutinya.
Mereka berlari menaiki
tebing. Terus berlari ,
berlari, dan berlari. Mereka
berusaha berlari di tengah
kegelapan malam.
Sampai akhirnya mereka
terjatuh lemas, barulah
mereka berhenti berlari.
Napas mereka terdengar
memburu karena kelelahan,
dan jantung mereka
berdetak menarikan lagu
bonamana? (apaan sih!
Lagi serius ni . . .)
Belum selesai mereka
mengatur napas agar
kembali normal, lengkingan
tajam tadi kembali
terdengar. Suaranya semakin
mendekat.
Semua segera bangkit
kembali, saling merapatkan
diri berharap dapat
mengurangi ketakutan yang
mereka rasakan saat
ini. Kini, kedua
makhluk berjubah hitam
itu telah berada
di hadapan mereka.
Tepat di hadapan
mereka!
Semua melangkah mundur
perlahan, menambah jarak antara mereka
dan kedua sosok
makhluk yang sekarang
sedang menyeringai penuh
kemenangan.
Ketakutan mulai menjalar
di sekujur tubuh
Kyuhyun. Keringat dingin mengucur deras
dari pelipisnya. Lututnya
gemetaran, begitu lemas.
“Shireo,” bisik Leeteuk
ketika menyadari tebing
yang langsung mengarah
ke laut itu tinggal satu
meter lagi dibelakang
mereka.
“Hyung,
eottokhe?” tanya yang
lain ikut berbisik.
Leeteuk hanya menggeleng
lemas.
“WELCOME TO NIGHTMARE!!!”
seru salah satu makhluk
berjubah hitam itu memecah keheningan
malam yang semakin
larut.
“This is
your last night!
HAHAHAHA . . .!” tawa keduanya
terdengar puas sekali.
Mereka semakin ketakutan
mendengarnya. Berbagai pertanyaan
mulai berkecamuk di
pikiran masing-masing. Apa
benar ini akan menjadi
malam terakhir bagi
mereka? Mengapa kedua
makhluk berjubah hitam
itu ingin melenyapkan
mereka semua? Memang
apa salah mereka?
Dan siapa sebenarnya
mereka itu?
Kedua makhluk itu
melangkah maju mendekati
mangsanya yang semakin
terpojok. Dan apa
yang kedua makhluk
itu lakukan benar-benar
di luar dugaan Leeteuk cs. Keduanya
membuka topeng yang
menutupi wajah mereka!
Topeng mengerikan itu
mereka buang ke sembarang arah.
Dibantu penerangan dari
sinar rembulan, tampaklah
wajah mereka kini.
“Aigo~ . . .!”
decak semua kaget.
Benarkah yang mereka
lihat sekarang?
Dua makhluk berjubah
itu adalah Thunder
dan Sandara. Ya— dua
orang yang mereka
kenal. Namun malam
ini mereka terlihat
berbeda. Wajah mereka
tidak bersahabat seperti
biasanya. Mereka tampak
tamak, seperti ingin
segera menghabisi nyawa semua mangsanya.
“Aishh . . . kalian?!”
geram Heechul mengepalkan
kedua telapak tangannya.
Dengan gesit Sandara
mengarahkan katana yang
dipegang dikedua tangannya
ke arah Heechul,
dihiasi tatapan death
glarenya! Ia siap
menebaskan pedangnya kapan
saja. Leeteuk dengan
segera menarik tangan
Heechul mundur, ia
tidak ingin terjadi
sesuatu yang akan
disesalinya nanti.
“Sabar
Heechul-ah, mereka membawa
senjata! Aku tak
ingin kalian semua
terluka,” bisik Leeteuk
yang masih terdengar
oleh semua dongsaengnya.
“Nikmatilah!
Nikmati malam terakhir
kalian, sebelum pedangku
ini menyayat habis
tubuh kalian!” ancam
Thunder bersemangat. Semua
memandang padanya dengan
takut sekaligus kesal.
Kesal karena tidak
terlintas sedikitpun dibenak
mereka kalau ternyata
pembunuh berdarah dingin
itu berada di dekat mereka.
“Untuk apa kau
membunuh kami semua?
Apa untungnya bagi
kalian? Memangnya apa
salah kami? Satu
lagi, bukannya kau
sudah mati!” tanya
Yesung bertubi-tubi mewakili
hyung dan dongsaengnya
yang hanya bisa
mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan tadi di dalam
hati saja.
Thunder dan Sandara
mengeluarkan tawa mengerikan
mereka kembali. Tawa yang
sangat puas karena
telah berhasil mengecoh
mangsanya, juga tawa
puas karena rencananya
untuk membuat last night
yang menyenangkan bagi
keduanya ini berjalan
cukup mulus.
“Kalian memang bodoh!
Aku memanipulasi kematian
Thunder untuk mengecoh
saja. Karena aku
tau kau … ”
jawab Sandara mengarahkan
katananya ke arah
Yesung,” Si kepala
besar! Mulai mencurigai
Thunder.” (hhe, mian
yeppa!)
Kali ini giliran
Yesung yang melangkah
maju sambil mengepalkan
telapak tangannya. Ia tidak
terima dipanggil kepala
besar! Ryeowook yang
sedari tadi memeluk
tangan Yesung ikut
tertarik ke depan.
Karena tidak ingin
terjadi apa-apa pada
hyungnya, ia langsung
menarik tangan Yesung
untuk mundur kembali.
“Jangan bodoh hyung,
ingat ucapan Leeteuk
hyung!” ujar Ryeowook
mengingatkan. Walau masih
kesal, akhirnya Yesung
mundur juga.
Thunder
melangkah maju. Dengan
seringaian jahatnya ia
berkata, “Kalian mau
tahu alasan kami
membunuh kalian semua
untuk apa? Jawabannya
hanya satu, kami
ingin menghancurkan karir
kalian yang sangat
gemilang itu!”
“Mwo?!” serempak semua
berteriak tak percaya.
Thunder kembali terkekeh
geli. “ Hwa, ha ha ha ha … tadi
aku hanya bercanda.
Sebenarnya kami tidak
mempunyai motif apapun
untuk membunuh kalian.
Ini semua hanya
sebuah permainan yang
menyenangkan bagi kami!
Benarkan eonni?! Mari
kita akhiri permainan
ini sekarang juga.”
Sandara
mengiyakan ucapan Thunder.
Keduanya tertawa bersama-sama.
“Apa kau
bilang?! Permainan!? Berapa
banyak nyawa yang
kalian lenyapkan untuk
membuat kalian merasa
puas? Apa kalian
sudah gila! Hah,”
bentak Leeteuk. Ia berhasil menghentikan
tawa jahat Thunder
dan Sandara. Mereka
memandang tidak suka.
“Hyung, apa yang
sedang kau lakukan?”
ujar Shindong berusaha
menghentikan hyungnya yang mulai melangkah
ke depan.
“Stay on
your space!” sahut
Leeteuk memerintah. “This is
my duty. Sampai
matipun aku tidak
rela kedua pembunuh
keji itu menyakiti
kalian semua!” teriaknya
tidak tahan lagi melihat dongsaengnya
dibuat ketakutan.
Thunder dan Sandara
melangkah mendekati Leeteuk.
Senjatanya diarahkan ke
seluruh mangsanya, diikuti
tatapan khasnya, tatapan death
glare! Matilah kalian
semua, bisiknya.
Dan entah kejatuhan
apa, tiba-tiba keberanianpun
muncul dari semua
dongsaengnya Leeteuk. Meraka
berdiri dengan posisi
siap menyerang. Tidak
ada rasa takut
lagi kali ini.
Semua ketakutan seolah
menguap terbawa angin.
Leeteuk sedikit tersentuh
melihat kekompakan dongsaengnya.
(Gimana cara nggambarin orang berkelahi ya? pokoknya mereka
dalam posisi menyerang dan mempertahankan diri)
Heechul meraih sebuah
batu berukuran cukup
besar yang ada
di sampingnya dan
langsung melemparkan batu
tersebut pada Sandara.
Kyuhyun yang melihat
tingkah hyungnya itu
ikut-ikutan memungut batu
lalu melemparkannya pada
Thunder. Karena tidak
mau ketinggalan, yang
lain mengikuti apa
yang sedang dilakukan
Kyu dan Chully saat
ini.
Jadilah mereka mulai melempar
benda
apa saja yang
ada di dekat
mereka. Bebatuan terus
terlempar ke arah
Thunder dan Sandara.
Sandara memberikan perlawanan
dengan mendorong tubuh
Kyuhyun hingga ia
tersungkur ke belakang.
Sungmin tidak terima
couplenya diperlakukan
begitu kasar ( aghh . . .kyu lebay!)
Segera saja Sungmin
mengeluarkan kemampuan taekwondonya.
Tapi sayang tangannya
malah tergores katana.
Sedikit, tapi sama-sama
lebay kayak Kyu. Jadi
langsung saja ia mundur bergabung bersama
Kyu. Sambil ngadu
satu sama lain, keduanya
terus nangis-nangis gaje!
(ckckckck . . .!)
Sisanya masih terus
berusaha menyerang Thunder
dan Sandara. Mereka
tidak ingin mati
sia-sia! Thunder dan
Sandara agak kewalahan
menghadapi mangsanya yang
terus melempari bebatuan
pada mereka.
Dalam waktu beberapa
detik, Ryeowook sudah
berada di tangan
Thunder. Ia dijadikan sandra.
Semua
menghentikan serangannya seketika.
Tangan kiri Thunder
mengunci tubuh Ryeowook
agar anak itu tidak
bisa
melarikan diri. Sebuah
katana yang ada di
tangan kanannya ia
arahkan tepat bebetapa
senti di tenggorokan Ryeowook.
Sandara
menyeringai lebar mendapati
ada pemandangan menakjubkan
di depannya. Yesung
merasa ini adalah
kesempatan baginya untuk
membalik keadaan karena Sandara terlihat
sedikit lengah. Secepat
kilat ia meraih
tubuh Sandara kemudian
merebut katananyanya lalu menawannya seperti
yang dilakukan Thunder
terhadap Ryeowook. Sekarang
kedudukan satu sama.
“Lepaskan
Wookie! Kalau tidak
aku bisa menyakiti
dia!” ancam Yesung.
“Kau tidak akan
bisa melakukan itu!”
timpal Thunder. Senyum
picik masih menghiasi
wajahnya. Dengan perlahan
ia menyayat leher Ryeowook, sedikit.
Darah segar mengucur
dari luka akibat
sayatan tadi.
Semua menatapnya ngeri,
Ryeowook sendiri hanya
bisa meringis kesakitan.
‘sssakkkitttt!’
Yesung yang melihatnya
langsung berteriak keras,
“Hentikan! Jika kau
melakukan lebih dari
itu akan kubunuh
kau dengan tanganku sendiri!”
Thunder
tersenyum licik, ia
semakin menikmati permainannya.
Dihempaskannya tubuh Ryeowook
hingga ia terjatuh
dan dahinya membentur
sebuah batu. Lagi-lagi
darah mengalir dari
dahinya.
Yesung tidak bisa
menahan diri lagi,
dengan cepat ia
meluncurkan katana yang
dipegangnya ke arah
Thunder.
Katana itu terbang
lurus ke arah
sasarannya.
Sandara berteriak histeris
kala melihat adiknya
terancam bahaya, “Thunder!
Awas . . .!”
Thunder menoleh. Ia
mencoba menghindar saat
sebuah katana tengah
meluncur ke arahnya.
Tapi terlambat.
JLEBB! Thunder terjatuh
lemas dan mengerang
kesakitan. Katana itu
menancap tepat di
ulu hatinya. Sandara
mendorong tubuh Yesung
yang masih mengunci tubuhnya,
kemudian berlari menghampiri
adiknya. Yesung merasakan
kedua kakinya tidak
bisa menahan berat
tubuhnya, lemas, iapun
terjatuh di tempatnya
berdiri. Ia menunduk
sambil memegangi lututnya.
Leeteuk langsung menolong
Ryeowook, ia membopongnya
dengan kedua tangannya
dan segera menjauhi
Sandara yang sedang
meraung-raung karena kehilangan
adiknya. Ya, Thunder
mati seketika akibat
katana milik Sandara
yang menusuk dadanya.
“Gwenchanayeo?”
tanya Leeteuk cemas kepada Ryeowook.
Yang ditanya hanya mengangguk lemas
kemudian terjatuh pingsan.
“Yesungie!”
panggil Leeteuk halus.
Yesung masih terduduk
mematung di tempatnya,
sambil menunduk tidak
berdaya.
Leeteuk
menyerahkan Ryeowook pada
Heechul, lalu menghampiri
Yesung.
“Yesungie!”
panggilnya lagi sambil
menyentuh bahunya.
Yesung kemudian tersadar
kembali dari pikirannya
yang kosong, lalu
melihat ke arah leadernya itu
sambil bergumam pelan.
“Hyung,”
Leeteuk
tersenyum mengerti lalu
dirangkulnya tubuh Yesung,
“Tindakanmu sudah tepat
Yesungie, jadi jangan
menyalahkan dirimu sendiri,
okay!” ucapnya
sambil mengusap-usap punggung
dongsaengnya itu.
‘Byur . . .!’
Terdengar
sesuatu jatuh ke
atas air laut.
Walaupun jaraknya cukup
jauh dari tebing
ini, akan tetapi
suaranya masih terdengar
jelas.
Semua langsung menoleh
ke sumber suara.
Ternyata suara itu
berasal dari tubuh
Sandara. Ia terjun
bebas dari atas tebing. Tidak
ada seorang pun di
antara mereka yang
melihatnya terjun ke laut
yang masih diselimuti
kegelapan itu.
Mereka dengan segera
menuruni tebing itu. Ingin
cepat kembali ke
dalam villa. Ryeowook
yang masih belum
sadarkan diri, digendong
oleh Yesung dengan
senang hati.
Setelah sampai di villa, mereka
segera mengambil barang-barang
mereka yang rupanya
sudah dipack kembali
sejak hari keempat
mereka di sini.
Yesung mengambil kotak
P3K dan dengan
halus ia mengobati
luka dongsaeng kesayangannya
itu.
“Yesungie, kita harus
segera meninggalkan villa
ini, tasmu dan
Wookie sudah diambilkan
oleh Hae dan
Kyu,” ujar Leeteuk
pelan.
Yesung baru sadar
kalau ternyata yang
lain sudah pergi
duluan. Iapun segera
mengikuti Leeteuk sambil
bergumam senang, “Wookie-ah
kita akan segara
pulang!”
Ryeowook sendiri masih
belum sadarkan diri,
matanya masih terpejam
di punggung Yesung.
Kini semua terbaring
lemas ditepi pantai
sambil berharap pagi
segera menjelang dan
perahu yang akan menjemput mereka
pulang segera tiba.
Saking lelahnya setelah
semua yang terjadi,
merekapun terlelap di bawah langit
gelap yang hanya
disinari oleh rembulan
serta bintang yang
berkelap-kelip.
^_^
Keesokan
harinya, mereka semua
tersadar dan mendapati
dirinya tengah berada
di kamar masing-masing. Karena
tidak mengerti apa
yang sudah terjadi,
akhirnya dengan mata
masih mengantuk semua
berkumpul di ruang
keluarga.
Semua saling menatap bingung. Sama-sama tidak tahu siapa yang telah membawa mereka kembali ke Dorm. Tapi kemudian mereka cepat-cepat membuang pikiran itu. Bisa selamat saja mereka sangat senang, jadi untuk apa berpikir rumit-rumit?
Tidak lama kemudian,
suara sorak ramai
menggema di seluruh
ruangan.
“Omo~ . . . Akhirnya
kita sudah sampai
di rumah kita
yang nyaman ini!” seru semuanya
bersamaan.
"Andwae!" teriak Heechul tiba-tiba.Semua menatap Heechul dengan kesal. Lagi-lagi-lagi ia mengganggu kesenangan yang lain.
"Waeyo, Heechul-ah?" tanya Leeteuk sabar. Ia satu-satunya orang yang masih bersikap lembut pada dongsaengnya yang satu itu.
"Jadi siapa Kira Yamato-san itu?" tanya Heechul. "Apa ia yang bertanggung jawab atas semua yang telah terjadi di Shikoku Island?"
Leeteuk mengangkat bahu. "Entahlah ..." jawabnya.
Semua merenung memikirkan pertanyaan Heechul tadi.
“Sudah-sudah,
itu tidak penting
sekarang ini,” ujar
Shindong yang tumben-tumbennya bisa bijak.
Lalu ia melanjutkan,
“Yang terpenting sekarang
adalah mengisi perutku
yang sudah keroncongan
minta diisi!”
Semua bergubrak ria
mendengarnya. Wah, ternyata
dia belum insyaf juga.
“Ya . . .hyung,
ujung-ujungnya juga makanan!”
seru Sungmin.
“Ne, tapi beberapa
hari di sana
tanpa makan dan
minum itu baik
untuk diet loh,
hyung!” ucap Ryeowook
seraya tersenyum jahil.
“Ne, aku setuju
itu adalah program
diet yang bagus,
biar hyung cepat
kurus, dan hilangkanlah
kebiasaan hyung yang
suka memelukku sampai-sampai
aku kehabisan nafas!”
ujar Siwon kesal.
Shindong hanya tersenyum
malu menanggapi protesan
yang dilontarkan dongsaengnya
itu.
Leeteukpun tersenyum senang
karena akhirnya semua
kembali normal seperti
sediakala lagi. Ya, suasana
seperti inilah yang
membuat keluarga keduanya
tampak selalu berwarna.
Leeteuk
melangkah menuju ruang
makan. Ia terkejut
ketika melihat di
atas meja makan sudah tersedia
hidangan untuk sepuluh
orang.
Rupanya tadi pagi
sekali Nichkhun dan
Kevin terbangun lebih
dulu, lalu menyiapkan itu
semua. Setelah itu,
keduanya lantas segera
pulang.
Mereka pikir mereka sudah aman sekarang, tapi tidak! Justru bahaya yang lebih besar tengah menanti di depan mata!
Hwa-ha-ha-ha .........................
TBC