By_ryeongwilly91
>>Special B’day Yesung<<
Cast :
Kim Woonra... (OC, as yeoja)
Kim Yesung
N'other
Warning : Typo,
Tidak sesuai (EYD),
Cerita lumayan panjang!
‘Happy Reading… !!!’
Kim Woonra
(WR) : Annyeong,
joneun Woonra imnida^^/
Kim Yesung
(YS) : Annyeong,
joneun Yesung imnida^^/
WR : Huaaa><… senangnya
bisa menjadi main cast di
fict ini bersama
Yesung Oppa My
Bias… #hug Willy
Willy : (Dorong dahi
Woonra pake jari
telunjuk) Kajja,,, mainkan
peranMu sana! Sebelum aku
berubah pikiran untuk—
WR : Andwae~~ #pasang
puppy eyes
Ok!
Back to story,,,
Aku ingin
bercerita mengenai sesuatu,
kalian mau mendengarkannyakan? Hummm…
lebih tepatnya kami,
aku dan Yesung
Oppa. Ceritanya mengenai
asal usul kedekatan
kami… Err… maksudku
hubungan seperti saudara
antara aku dan
Yesung Oppa yang
bermula dari kesalahanku.
YS : Akhhh,,, tentang
itu rupanya. Jika aku
mengingat hal itu,
rasanya ingin sekali
aku memukul kepalamu
yang memang keras
kepala ini!
WR : Yaa!!! Andwae~~
Bisa-bisa kepalaku nanti menjadi
besar seperti… Upss!
(Menutup mulut dengan
tangan)
YS : Mwo? (Mengeluarkan
death glare). Sudahlah, kau bicara terlalu
banyak. Sekarang ceritakanlah!
WR : Aigoo~~aku lupa
kalau sedang ada?
Yang memerhatikan kita.
Mianhaeyo,,, #bow
Cha,
dengarkan baik-baik ne^^/
,
,
,
,
Woonra POV.
Sore ini,
seperti biasa sepulang
dari sekolahku, Sapphire Blue Senior High School, aku
langsung bergegas mandi,
berpakaian, kemudian dilanjutkan
acara mengisi perut
dengan makanan yang
dimasak Oppaku, Kim
Sungmin. Aku hanya
tinggal berdua di Apartemen yang
terbilang mewah ini, karena Appaku
harus mengurus perusahaannya
di Cina, dan
Eommaku tentu saja
mendampingi Appa di
sana.
Acara makanpun
selesai, selanjutnya aku
bersiap untuk berangkat
ke gedung SM.
Eits… jangan salah
paham dulu, aku
hanyalah seorang pelajar
biasa dan bukan salah
satu artis di
sana. Hampir setiap
hari, aku pergi
ke sana hanya
untuk melihat idolaku—Kim
Yesung.
Aku mengaguminya sejak
pertama kali ia
debut. Suaranya saat
bernyanyi bisa membuatku
mengantuk? Aniya… maksudku
membuat aku sampai
merinding—saking merdunya—u’re art
of voice Yesung
Oppa.
Sebenarnya, bukan suaranya
saja yang membuatku
jatuh hati. Lihatlah
wajahnya yang tampan,
membuat aku tak
pernah bosan untuk
terus memandanginya—walau
tidak secara langsung,
sikapnya yang ramah,
keanehannya, dan semua hal yang
ada pada diri
Kim Yesung aku
suka—ralat—amat
sangat suka!
“Woonra-ah, sampai kapan
kau mau memandangi
poster-postermu itu?” sebuah
suara terdengar, seketika
lamunan tentang idolakupun
buyar. Kutolehkan kepalaku
menatap sang lawan
bicara, kakakku. “Ppali,
Wookie sudah menunggumu!”
“Nde,” anggukku sambil
tersenyum manis. “Oppa,
aku pergi dulu,
annyeong!” pamitku sambil
melambaikan sebelah tanganku.
“Hati-hati… dan ingat
jangan pulang malam!”
pesan kakakku yang
membuat aku berbalik,
kemudian secepat kilat
mencium sebelah pipinya,
Sungmin Oppa hanya
geleng-geleng kepala seraya
tersenyum menanggapi kelakuanku.
Tak ingin membuang
waktu, akupun bergegas
menuju gedung SM
ditemani Wookie Oppa,
sahabat kami, namun
ia lebih sering
bersamaku. Wookie tinggal
sendirian di apartemen
sebelah kiri apartemenku,
karena kedua orangtuanya
tinggal di Incheon.
Apa aku sudah
bilang kalau kami
berdua sama-sama fans
dari Kim Yesung?
Mungkin terdengar aneh,
tetapi Wookie Oppa
memang seorang fanboy.
Kurasa itulah salah
satu alasan kami
menjadi cocok satu
sama lain.
Jarak apartemen kami
dengan gedung SM
cukup jauh. Dengan
menggunakan sepatu roda,
kami menyusuri jalanan
kota Seoul sambil
bersenda gurau.
Selang beberapa lama,
akhirnya gedung mewah
yang akan kami
tujupun sudah nampak
di depan sana.
Keadaan di luar
gedung terlihat ramai,
ada banyak fans
seperti kami sedang
menunggu idolanya menyelesaikan
kegiatan entertain di
dalam gedung SM.
Aku dan Wookie
ikut berdiri bersama
para CLOUDS—sebutan
fans untuk Kim
Yesung. Kami yang
tidak berkepentingan dilarang
melewati pagar pembatas,
alasannya jelas, agar
tidak terjadi keributan
di dalam sana.
Satu jampun berlalu, akhirnya
seseorang yang kami
tunggu tengah berjalan
keluar dari gedung
SM, ditemani sang
manager. Aku dan
para CLOUDS, mengangkat
banner, poster, atau
benda lainnya yang
sudah disiapkan masing-masing
sambil berteriak penuh
semangat memanggil namanya.
Suaraku yang keras
meminta berfoto bersamapun
ikut tenggelam dengan
teriakan lainnya.
Yesung berjalan ke
arah kami, membuat
semua menjerit histeris.
Kemudian ia berhenti
beberapa meter dari
pagar yang membatasi
jarak kami dengannya,
Yesung melambaikan tangan
menyapa kami dan
jangan lupakan senyuman
yang bisa membuatku
meleleh? Ani… bahkan
membuatku serasa melayang
itu ia tunjukkan.
Segera saja kuabadikan
gambarnya—bersama jutaan fotonya
yang lain di
smartphoneku.
Beberapa saat kemudian,
ia membungkukkan badan
sekilas, bermaksud pamit
pada kami. Inilah
bagian yang tidak
kusuka, karena setelah
ini aku hanya
bisa melihatnya dari
jarak yang jauh.
Dan seperti tebakanku,
Yesung kini tengah
berbalik kemudian melangkah
semakin menjauh sambil
melambai sesekali.
Semua masih berdiri
ditempatnya, hingga mobil
yang dikendarai Yesung
melintas dihadapan kami.
Aku bisa melihat
ia melambai ke
arah kami dari
balik kaca sana.
Setelah mobil miliknya
sudah tidak terlihat
lagi dari jarak
pandang kami, barulah
semua membubarkan diri
tanpa dikomando. Kembali
pada kesibukan masing-masing
atau ada juga
yang mengikuti kegiatan
idola kami berikutnya.
Jangan tanya dari
mana jadwal kegiatannya
kami dapat, tentu
saja dari situs
resmi SM yang
berbaik hati memberikan
jadwal entertain setiap
artisnya.
“Kajja, kita pulang,”
ajak Wookie seraya tersenyum puas karena sudah bertemu idola kami. Sebenarnya,
aku ingin pergi
ke tempat kegiatan
Yesung setelah ini,
tetapi tempatnya cukup
jauh dan akan
memakan waktu lama.
Akhirnya, dengan enggan
kutekan sebuah tombol
di sepatuku, dan menampilkan 4
buah roda yang
tersembunyi di bawah
sepatuku yang bifungsi
ini. Begitupun Wookie,
ia melakukan hal
yang sama denganku.
“Oppa, hari ini
masih terlalu siang
untuk pulang, temani
aku ke kedai
ice cream ne?”
ajakku diiringi sedikit
rajukan.
Ia terlihat bersemangat
mendengar ajakanku, “Boleh,
kau yang traktir
satu cup jumbo es cream rasa coklat, eotte?” ck!
Ia mulai lagi
memanfaatkan kesempatan.
Sambil mempoutkan
bibir aku menggeleng,
“Andwae, lain kali
saja, minggu ini
uangku tinggal sedikit.”
“Kalau begitu minggu
depan kau berhutang
2 cup jumbo,”
tambahnya yang membuatku
melotot.
“Yakk! Kenapa bertambah
2x lipat begitu!”
“Kalau begitu 3 cup jum…”
“Arra… arra… “
kupotong ucapannya sebelum
ia meminta lebih
banyak lagi. “Kajja,
kita berlomba siapa
yang bisa duluan
sampai ke kedai es cream!” teriakku
penuh semangat, dan kulihat
Wookie mengangguk tak
kalah semangat.
“Hana.. dul.. les’t
go!” akupun mulai berlari dengan
sepatu rodaku sebelum
menyelesaikan hitungan ketiga.
Sementara Wookie di
belakang sana berteriak-teriak mengataiku
curang, sambil terus berusaha mengejarku.
Aku berbalik sebentar
sambil memeletkan lidah
ke arahnya, membuat
ia semakin keras
meneriakkiku.
_______________________________________
Hari sudah gelap,
aku mulai mengerjakan
tugas yang diberikan
Sonsae hari ini. Setelahnya,
menyiapkan perlengkapan sekolah
untuk besok, dan dilanjutkan makan
malam bersama kakakku.
Kulirik jam dinding
di ruang makan
yang merangkap dengan
dapur. Jam menunjuk
ke angka 8
lebih 20 menit.
“Wae? Kau mau cari angin
lagi, hmm…?” tanya
Sungmin Oppa yang sudah hapal
dengan kebiasaanku. Aku
menggangguk sambil tersenyum.
“Nde!” Kemudian akupun
melangkah keluar apartemen,
menaiki lift menuju
lantai 11. Satu
lantai di atasku.
‘Ting’
Tanda aku sudah
sampai di lantai
tujuanku, dan pintu
liftpun segera terbuka.
Kulangkahkan kakiku menyusuri
koridor di sana,
dan berhenti ketika
sampai di depan
sebuah pintu. Sebuah
senyum tercipta dari
sudut bibirku.
Kutinggalkan
pintu tadi dan
berjalan lagi beberapa
meter sampai belokan
koridor di depan,
lalu bersembunyi di
balik tembok sambil
memainkan ponselku mengisi
waktu.
Apa ada yang bertanya sedang
apa aku di
sini? Jawabannya, menunggu
seseorang!
Setiap hari sehabis
makan malam aku
tidak pernah bosan
menunggunya di sini,
dan terkadang penantianku
membuahkan hasil. Waktu
yang kumiliki hanya
1 jam, lebih
dari itu aku
akan menginap di
apartemen Wookie, karena
kakakku tidak akan
memberi pintu masuk
untukku.
30 menit berlalu
begitu cepat, dan
belum nampak tanda-tanda
kehadirannya.
‘Ting’
Suara pintu lift terdengar pelan,
karena jarakku yang
cukup jauh. Aku
berdo’a dalam hati
semoga saja seseorang
yang kutunggu akan
segera muncul.
Suara langkah kakipun
mulai terdengar mendekat
ke arahku, dengan hati-hati
kuintip siapa orang
yang datang. Namun,
detik berikutnya hanya
helaan nafas yang
keluar dari mulutku,
bukan seseorang yang
kutunggu! Orang yang
kuintip melewatiku, untunglah
ia tidak menyadari
keberadaanku.
‘Ting’
Suara itu terdengar
kembali. Tak lama
suara langkah kaki semakin mendekat,
kupejamkan mataku sebelum
mengintip siapa yang
datang.
Suara langkah tadi
tiba-tiba menghilang, bolehkah aku berharap banyak
kali ini? Dengan
berdebar-debar kuintip ke arah
koridor di belakangku.
‘Deg!’
Jantungku serasa lepas
dari tempatnya, ketika
yang kulihat ternyata
adalah seseorang yang
kutunggu semenjak tadi.
Ia tengah membuka
password pintu apartemennya.
Segera saja kuambil
gambarnya diam-diam. Wajah
lelahnya tampak terlihat
jelas dalam foto
yang kuambil, dan
itu tak mengurangi
daya tariknya sedikitpun.
Dia adalah Kim
Yesung!
Hmm… sebaiknya aku
jujur saja. Aku
bukanlah seorang fangirl
seperti CLOUDS yang
lain, bisa dibilang
aku ini stalkernya.
Kadang, seharian aku
mengikutinya dari jauh—jika
sedang free, dan sampai saat
ini tidak ada
yang mengetahuinya, termasuk
kakak dan sahabatku.
Kalau soal tempat
tinggal—ini hanya
kebetulan saja, karena
Yesung baru setahun
terakhir ini tinggal
satu atap denganku.
Aigoo… sepertinya aku
berlebihan, tapi biarkanlah
aku berharap suatu
saat nanti aku
dan dia… arghhh…
kau menghayal lagi
Kim Woonra!
Sebaiknya aku harus
cepat pulang, jika
tak ingin kakakku
benar-benar mengunciku di luar.
Akupun pulang dengan
wajah yang berseri,
rasa senangku tidak
dapat aku definisikan.
Kurasa malam ini
aku akan mimpi
indah>___<!
YS : Woonra-ah, sepertinya
kau bicara terlalu
banyak… langsung ke
intinya saja (geleng-geleng kepala).
WR : Aku begini kan
mengikuti kebiasaanmu, Oppa! #berpose polos
YS : (cengo) Benarkah
aku begitu?
WR : (mengangguk penuh
antusias)
YS : (makin cengo)
Lupakan…-____-“ lebih baik kita lanjutkan
lagi ceritanya!
Yesung POV.
“Khamsahamnida… “
“Khamsahamnida… “
“Khamsahamnida… “
Ucapku berulang,
sambil sedikit membungkuk
ketika berpapasan dengan
para kru yang
sudah susah payah
membantuku membuatkan MV
di lagu baruku.
“Annyeong, hyung!”
pamitku pada PD
Nim, managerku.
“Nde, sampai
besok!” balasnya.
Yah, hari
ini tidak ada
jadwal lagi yang
harus kupenuhi.
Kulangkahkan kakiku
menuju tempat parkir,
dan seperti biasa
para CLOUDS—sebutan untuk
fansku masih setia
menungguku di luar
gedung SM. Merekalah
alasan keduaku untuk
tetap bertahan di
duniaku sekarang, setelah
menjadi seorang penyanyi
adalah impianku tentunya.
Teriakan mereka
terdengar penuh dengan
semangat… sayangnya aku
tidak mungkin mengabulkan
semua permintaan mereka
satu persatu. Dan yang bisa kulakukan hanyalah
melambai menyapa mereka
sambil tersenyum setulus
mungkin, sebagai ucapan
terima kasihku karena
mereka selalu mendukungku
sampai aku bisa
seperti sekarang. Meskipun
aku yakin ini
tidak sebanding dengan
apa yang telah
mereka berikan untukku.
Setelah kurasa
cukup, aku membungkuk
sedikit kemudian melangkah
menuju mobilku. Kupandangi
langit yang masih
terang, akupun memutuskan
untuk berjalan-jalan sebentar
di Mall, melihat-lihat
apakah ada pakaian
yang cocok untukku.
15 menit
berlalu, kini mobilku
sudah kuparkirkan di
sebuah Mall yang
biasa kukunjungi dengan
memakai penyamaran tentunya.
Dan sejauh ini,
tidak pernah ada
yang mengenaliku ketika
melakukan penyamaran.
Woonra POV.
Hari ini
aku kesal sekali,
kakak dan sahabatku
sama-sama menyebalkan. Bayangkan,
bagaimana aku tidak
kesal ketika hendak
pergi seperti biasa
ke gedung SM,
tiba-tiba kakakku meminta
aku untuk membeli
bahan makanan karena
persediaan di rumah telah habis.
Tepatnya dihabiskan teman-temannya, duo
ikan yang tadi
pagi berkunjung untuk
mengerjakan tugas kuliah
bersama kakakku, Lee
Donghae dan Lee
Hyukjae.
Sementara sahabatku,
sekaligus teman yang
kumiliki satu-satunya, arghh…
kenapa aku terdengar
menyedihkan? Tidak bisa
mengantarku. Alasannya karena
bibi Kim—Eomma
Wookie, sebentar lagi
akan datang berkunjung.
Aku jadi teringat
pada kedua orang
tuaku, kapan yah
mereka pulang?
Jadi, di
sinilah aku sekarang,
mendorong trolley di
sebuah supermarket yang
ada di dalam Mall yang
kukunjungi. Kumasukkan apa
saja yang tertulis
di note pemberian
kakakku. Setelah semuanya
lengkap, akupun ikut mengantri di
depan teller untuk
membayar belanjaanku.
Antriannya sangat
panjang, mengingat ini
adalah tanggal muda.
Tanpa kusadari, seseorang
mengambil dompet yang
sedang aku pegang.
Reflex, aku berteriak
meminta tolong. Sial!
Dia cari mati
rupanya.
Tidak kupedulikan
lagi bahan makanan
yang sudah berhasil
kukumpulkan, aku segera
berlari cepat mengejar
orang itu. Walau
hanya melihat punggungnya,
namun aku yakin
ia adalah namja,
dan ia mengenakan
sebuah topi.
Aku tidak
memedulikan lagi sekitarku,
yang kulakukan hanya
berteriak memintanya berhenti,
yang jelas tak
akan dilakukannya, dan terus berlari
mengejarnya.
Yesung POV.
Suasana di
dalam Mall sangat
ramai, dan nampaknya
terlalu penuh pengunjung
di butik yang
biasa aku kunjungi.
Jadi, kuputuskan untuk
melihat-lihat di toko-toko
lainnya.
Kulangkahkan kakiku
ringan sambil menengok
ke arah kanan
dan kiriku, melihat-lihat
barang-barang yang dijajakan
di sini.
‘BRUKK!!!’
Tiba-tiba ada
seseorang yang tengah
berlari kencang menabrak
tubuhku cukup keras. Karena
tidak ada persiapan
apapun, keseimbangan tubuhku
pun goyah. Membuatku
tersungkur ke belakang
dan jatuh dengan
tak elitnya.
“Aishh… mengapa
berlarian di tengah…”
ucapanku terputus begitu
saja, karena seseorang
yang menabrakku berlalu
begitu saja dari
hadapanku. ‘Hey… apa
ia lupa untuk
membantuku berdiri? Kemudian
meminta maaf karena
kecerobohannya itu,’ innerku.
Dengan perasaan
agak kesal akupun
berdiri dan membersihkan
pakaianku dengan cara
menepuk-nepuknya. Baru saja
satu langkah menggerakan
kakiku, tiba-tiba aku
menginjak sesuatu berwarna
merah. Membuatku tertarik
untuk memungutnya.
Sebuah dompet?
Kutolehkan kepalaku ke
arah kanan dan kiriku, nampaknya
semua orang tenggelam
dalam kesibukan mereka
masing-masing, tidak ada
yang terlihat sedang
mencari dompetnya yang
hilang.
Kubuka dompet
yang kutemukan mencari
identitas pemiliknya, dan
sebuah kartu ID
pun terlihat. Kusimpulkan
milik seorang pelajar,
karena tidak ada
KTP seperti milikku.
Ketika aku tengah
membaca sebuah nama
di dalam kartu
ID-nya, seseorang mengagetkanku
dengan berteriak.
“Hey… kemari
kau! Awas kalau
coba kabur lagi…!”
teriak seorang yeoja
sambil menunjuk ke arahku, dan ia sukses
membuatku jadi pusat
perhatian banyak orang.
“Aku…?” tanyaku
tidak mengerti. Iapun
semakin mendekat ke arahku dengan
nafas tersengal-sengal. “Kembalikan
dompetku… dasar pencuri
tidak tahu diri…
Cish!”
Mwo? Apa
yang dikatakannya barusan…
dasar yeoja gila!
“Tolong jaga
bicaramu adik manis,
apa dompet ini
milikmu?” tanyaku pelan
tidak ingin menjadi
pusat perhatian lebih
lama.
Woonra POV.
Sedetik aku
cengo saat seseorang
di hadapanku menanyakan
sesuatu yang jelas-jelas
ia tahu jawabannya.
Seorang namja bertopi…
yah tidak salah
lagi dia yang
tadi mengambil dompetku
dan memaksaku mengeluarkan
keringat karena terus
berlari mengejarnya.
Penampilannya terlihat
mencurigakan, menggunakan kacamata
gelap dan sebuah
masker menutupi setengah
wajahnya, membuatku semakin
yakin kalau ia
bukan orang baik-baik.
Tetapi aku merasa
mengenalnya, dan suaranya
mengingatkanku pada seseorang.
Entahlah, kutepis pikiran
yang baru saja
melintas di otakku
sebelum aku kehilangan
ahjussi pencuri ini
lagi.
“Ckckck… jangan
mengajariku ahjussi, lebih
baik kau urus
saja dirimu sendiri,”
ujarku dengan nada
sedikit meremehkannya, “Carilah
pekerjaan yang lebih
layak, dibanding kau
harus mencuri… Cah!
Sampah masyarakat!”
Kulihat ia
terkejut mendengar ucapanku.
“Kau menuduhku yang
mengambil dompet ini?”
tanyanya dengan nada
yang tenang. “Geuraeyo,
tadinya aku ingin
mengembalikannya… “ wajahnya
semakin mendekat ke arah wajahku,
membuat aku terpaksa
mundur selangkah. “…tapi
sepertinya niat baikku
meluap begitu saja—melihat sikap
pemiliknya.”
Apa dia
benar-benar ingin mati?
Orang itu pergi
belalu begitu saja
dengan santainya. Kulihat
sekeliling yang masih
memandangi kami, segera
saja kumanfaatkan kesempatan
ini.
“YAKK!!! KEMBALIKAN
DOMPETKU,,,TOLONG DIA MENGAM,,,
hmmppptttt,,,”
Teriakanku terputus
begitu saja, ketika
ia dengan cepat
berbalik kemudian membekap
mulutku dengan tangannya.
Apa ia bodoh?
Tentu saja orang-orang
disekeliling kami tidak
akan tinggal diam
melihat situasi ini.
YS : Aku
tidak bodoh!!! Hanya
saja waktu itu
aku kalap dan
tidak tahu apa
yang harus kulakukan
agar kau menghentikan
teriakanmu itu…
WR : Diamlah, Oppa,,,! ini sedang seru-serunya...
Well, beberapa
orangpun mendekati kami, dan seseorang
di antara mereka menarik
kasar bahu ahjussi
pencuri yang masih
membekap mulutku, dilanjutkan
aksi pengeroyokan padanya.
Namun sayang—tidak satupun
pukulan berhasil mengenai
tubuhnya, karena dengan
cepatnya ia mengelak.
Di tengah asyiknya
menonton pertunjukan yang
berlangsung nyata di
hadapanku, tiba-tiba tanganku
diseret untuk berlari
mengikutinya. Ia adalah
ahjjushi pencuri!
Aku berusaha
melepaskan genggamannya yang
begitu kuat menyeretku.
Sambil berteriak-teriak memintanya
berhenti. Ketika kulihat
ke arah belakang,
ada banyak orang yang berusaha
mengejar kami. Aku
sedikit lega, setidaknya
ada kemungkinan ahjussi
pencuri ini tertangkap
oleh mereka.
Entah berapa
banyak orang yang
kami tabrak di
tengah aksi kejar-kejaran
ini, aku tak
peduli. Yang aku
pikirkan sekarang ini
adalah nyawaku. Apa
ia akan membunuhku
jika berhasil meloloskan
diri? ANDWAE!!! Sungmin
Oppa tolong aku!
Di pintu
keluar yang ada
di hadapan kami,
3 orang security
sudah siap menghadang.
Sayangnya, lagi-lagi ia
bisa mengatasi situasi
yang mengancamnya. Dengan
cepat ahjussi pencuri
ini berbelok, dan
mengambil arah keluar
lewat pintu lain.
Bingo! Akhirnya
iapun berhasil membawaku keluar
dari Mall, dan
bersembunyi di tempat
parkir. Kami berjongkok
di antara deretan
mobil yang tertata
rapi, dengan posisi
saling berhadapan. Ia
membekap mulutku kembali
dengan sangat kuat,
bahkan usaha kedua
tanganku untuk melepaskan
sebelah tangannya saja
berakhir sia-sia.
Sayup-sayup kudengar
beberapa suara, kurasa
itu suara orang-orang
yang tadi berlarian
di belakang kami. Akupun menjerit
dalam keadaan mulutku
yang masih dibekapnya,
dan langsung saja ia menaruh
jari telunjuknya yang
bebas di depan mulutnya—yang terhalangi
oleh masker memintaku
untuk diam. Tentu
saja itu perintah
yang tidak akan
pernah kuturuti. Never!
Sayangnya usaha
terakhirku gagal, karena
suara-suara itu menghilang
tidak terdengar lagi.
Apa mereka sudah
pergi? Ya, Tuhan…
ini berarti jurang
kematianku sudah nampak
di depan sana.
YS : Tsk…
kata-katamu lebay! (berdecih
pelan)
WR : Biar
saja. (menjulurkan lidah)
YS : Yaa!!! Itu
tidak sopan Kim
Woonra, bagaimanapun juga
usiaku jauh di
atasmu.
WR : Arra… arra… ahjussi!
(melarikan diri)
YS : Aishh,,,anak itu!
Yesung POV.
Kuhembuskan nafas
lega setelah yakin
berhasil lolos dari
kejaran orang-orang tadi,
karena kesalahpahaman yang
di buat yeoja
gila yang ada
di hadapanku sekarang.
Seperti tersengat
listrik, aku baru
menyadari posisi tanganku
yang masih membekapnya
agak keras. Mencegah
kemungkinan ia bisa
menggigit jariku. Dengan
perlahan kujauhkan tanganku,
dan bisa kulihat
jelas wajahnya sekarang.
Keadaannya tidak
jauh berbeda denganku,
keringat terus keluar
dari dahinya. Dan
kulihat wajahnya sedikit
memucat, aku jadi
kasian melihatnya—tadinya ingin
kubuat perhitungan dengannya.
“Yakk! Dasar
ahjussi mesum… setelah
mengambil dompetku apa
kau juga ingin
memperkosaku, kemudian membunuhku
dan membuang mayatku
ke laut agar
dimakan oleh ikan
hiu,,,” teriaknya sambil
berdiri dan menyilangkan
kedua lengan menutupi
dadanya.
Ok! Kali
ini aku ingin
tertawa mendengar teriakannya,
kurasa ia terlalu
banyak menonton film.
Bagaimana kalau sekalian
saja aku kerjai? Sebuah
seringaian keluar dari sudut bibirku.
“Hummm… bukan
ide yang buruk
kurasa, kajja kita
lakukan,” ujarku dengan
nada menggoda. Kucondongkan
tubuhku lebih mendekat
ke arahnya.
“Mwo? Jika
berani mendekat lagi
kubunuh kau!” teriaknya
lagi sambil memundurkan
tubuhnya sampai merapat
pada sebuah mobil.
Entah mengapa aku
semakin tertarik untuk
menggodanya. Kurasa aku
sudah tidak waras!
“Hiyy~~aku jadi
takut, boleh aku
tahu kau akan
membunuhku dengan alat
apa?” kulihat tubuhnya
mulai bergetar menahan
rasa takut, apa
aku sudah keterlaluan?
Tolong siapapun hentikan
aku sekarang juga.
Bukannya berhenti,
aku malah semakin
merapatkan tubuhku dan
menaruh kedua tanganku
bertumpu pada mobil
di belakangnya—mengunci pergerakannya. Ia
menunduk menghindari tatapanku,
wajahnya semakin pucat,
dengan bibirnya yang
bergetar ia berkata
sangat lirih, “Jebalyo~~lepaskan aku! Sebagai gantinya
kau boleh mengambil
semua uangku.”
“Bagaimana kalau
kubilang aku lebih
memilihmu, eoh?” ia
mengangkat lagi kepalanya
memberi tatapan memohon
padaku. Sepertinya otakku
benar-benar sudah tidak
waras, gila! Bayangkan
posisi wajahnya hanya
beberapa milli dari
wajahku, bahkan hembusan
nafasnya dapat kurasakan
walaupun sebagian wajahku
masih tertutup oleh
masker.
Detak jantungku?
Jangan kalian tanyakan
lagi, aku tidak
pernah sedekat ini
dengan lawan jenis.
Dapat kulihat air
mata membendung di
sudut matanya, sebuah
tamparan keras untukku
dan itu membuatku
tersadar akan tindakan
gila ini.
Segera kujauhkan
tubuhku, dan berdiri
masih menghadapnya, “Mianhae,
aku tidak bermaksud
menakutimu adik manis,
ini dompetmu kukembalikan.” Ia
menatapku tidak percaya.
“Sungguh bukan aku yang mengambilnya…
percayalah. Lain kali
lebih berhati-hatilah, adik
manis!” Dengan tangan
bergetar, iapun mengambil
dompetnya kembali.
“Annyeong!” pamitku
seraya melepas kacamata
gelapku.
Akupun mulai
melangkah menjauh dari
tempatku berdiri. Sampai
sebuah suara membuat
langkahku berhenti seketika.
“Yesung Oppa,,,?”
WR : Pertama kali
mendengar suaramu itu
aku memang merasa
mengenalnya… namun kuabaikan,
karena saat itu seluruh emosi
menguasaiku. Mianhae!
YS : Jeongmal…? Sudahlah, waktu itu akukan
sudah memaafkanmu.
Woonra POV.
Pernahkah kau
merasa waktu terasa
berhenti? Dulu, saat
mendengar istilah itu
akupun merasa itu
berlebihan, namun kini
itulah yang kurasakan.
Saat pertama
kali sesesorang yang
kau kagumi tepat
berada di hadapanmu,
menatapmu, bahkan ia
berbicara padamu. Aku
benar-benar terkejut saat
seseorang yang kupanggil
ahjussi
pencuri ini membuka
kacamata gelapnya—menampakan bentuk
obsidian yang sangat
aku hapal. Dan
saat itu juga
aku bagai tersambar
petir.
“Yesung Oppa,” ucapku
lirih tanpa sadar.
Aku… aku arghhhh…
aku merasa benar-benar
bersalah membuat seseorang
yang harusnya aku
lindungi dari sasaeng
gila, kini malah
aku sendiri yang
membuatnya hampir terluka
dan terlibat masalah.
Bayangkan, kalau ia
tidak berhasil meloloskan
diri dari kejaran
orang-orang yang ingin
menolongku, mungkin tubuhnya
akan penuh luka
karena dihakimi saat
itu juga, dan
ia akan berakhir
di balik jeruji
besi. Parahnya, esok
semua Koran akan
menampilkan fotonya sebagai
cover depan dengan
berita…
Uh! Kuakhiri pikiran-pikiran menakutkan
itu, saat kusadari
orang di hadapanku
terdiam sambil memunggungiku. Segera
saja aku menghampirinya, setidaknya
aku harus meminta
maaf karena kebodohanku
ini.
Kulihat Yesung Oppa
masih terdiam sambil
menatapku dengan dahi
berkerut. Kenapa pula
lidahku terasa kelu,
yang kulakukan malah
ikut diam sambil
balas menatapnya. “Err,,,adik
manis apa kau
mengenalku?” suara merdu
itu mulai terdengar
kembali.
Arghhhhh… aku ingin
menjerit senang. Ia, Kim
Yesung memanggilku MANIS?
Berbeda rasanya saat
orang yang sama
namun tak kau
kenali memanggilmu dengan
panggilan yang sama.
“Nde,” hanya satu
kata itu yang
berhasil keluar dari
mulutku.
Sebuah senyuman menghiasi
wajah tampannya, membuatku
ingin menjerit histeris.
Tapi, tentu saja
aku berusaha menahannya.
Setidaknya aku harus
menjaga image di
depan idolaku, walau
sudah tercoreng karena
sikapku yang tadi.
“I’m your fangirl,
Oppa,” akhirnya aku
bisa mengatasi emosiku.
“Bolehkan aku memanggilmu
begitu? Kurasa aku
tak pantas, aku
sudah membuatmu berada
dalam kesulitan,,, Mianhae,,,Jeongmal mianhae,”
aku memposisikan tubuhku
untuk membungkuk sambil
terus mengucapkan kata
maaf, bahkan tanpa
aku sadari lelehan
air mata mulai
berontak keluar. Sungguh,
aku benar-benar menyesali
perbuatanku.
“Gwencana, itu hanya
kesalahpahaman saja, kau
bisa melupakannya,” suara
lembut yang ia
keluarkan justru membuatku
semakin terisak, aku
masih menunduk dalam—menghindari tatapannya.
Sampai ia menyadarinya
dan mengangkat daguku,
terburu-buru aku menghapus
air mataku. “Ini,
ambilah!” ia memberiku
sebuah sapu tangan.
Dengan ragu akhirnya
aku ambil, dan
membersihkan sisa-sisa air
asin ini.
“Wahh,,,senangnya
memiliki fangirl manis
sepertimu,” ucapnya yang
mencoba menghiburku mungkin,
tapi tetap saja
membuatku tersipu malu.
“Uljima, aku baik-baik
saja… lupakan kejadian
tadi, arraseo? Sebaiknya
kuantar kau pulang
adik manis, kajja!”
ia bertingkah seperti
kakakku, merusak tatanan
rambutku gemas!
Aku menggeleng ketika
teringat tujuan utamaku
kemari. “Aniyo, aku
harus membeli pesanan
kakakku dulu,” tolakku
tidak enak hati.
Yesung tersenyum hangat,
“Gwencana, kalau begitu
aku pulang duluan
ne, sampai jumpa!”
benarkah kita akan
berjumpa lagi… berbicara
seperti sekarang? Kuharap
itu terjadi.
“Annyeong!”
teriakku sambil melambai
ke arahnya, ia
sedang memasuki mobilnya
yang juga terparkir
di sini. Yesung
Oppa menoleh sekilas
balas melambai ke
arahku, dan jangan
lupakan senyuman mautnya
itu! Aigoo~~
Setelah mobil yang
dikendarainya tidak terlihat
lagi, akupun melangkah
pergi menuju supermarket
di dalam.
,
,
,
Hari-hariku
berjalan seperti biasa
setelah kejadian itu.
Pergi ke sekolah,
kemudian ke gedung
SM, atau tempat
yang bisa kujangkau
sekedar untuk melihat
idolaku—di temani
Wookie tentunya, mengerjakan
tugas dari sekolah
dan membantu tugas kakakku
mengurus apartemen, satu
lagi jangan lupakan
menjadi stalker Yesung
Oppa—aku masih
melakukan itu semua.
Hari ini sudah
petang, namun aku tak kunjung
tidur juga. Sepertinya
penyakit insomnia sahabatku
sudah menular 2
hari ini, sungguh
menyiksaku!
Kubuka mataku kembali,
dan menyalakan lampu
di sebelah ranjangku.
Tiba-tiba, ekor mataku
menangkap sesuatu yang
menarik perhatianku. Kulangkahkan
kakiku mendekat ke arah sana,
dan berhenti di
depan sebuah kalender.
“OMONA!” kagetku setelah
mengetahui apa yang
menarik perhatianku itu.
Kupukul dahiku pelan,
“Mengapa aku bisa
melupakannya? Dasar Kim
Woonra pelupa!” rutukku.
Kalian bisa tebak
bukan apa yang
kulihat? Yah, aku
baru saja melihat
kalender dengan tanda
merah berbentuk hati
di tanggal 24
bulan ini, b’day my
bias!
Akupun mondar mandir
tidak jelas memikirkan
rencana apa yang
harus kulakukan agar
tahun ini aku
bisa jadi orang
pertama yang mengucapkan—ucapan—selamat
ulang tahun secara langsung,
sungguh mustahil. Maldo
andwae!
“Masih ada waktu
kurang dari 24
jam, tapi apa
yang harus kulakukan???”
Sampai sebuah ide melintas begitu
saja, membuat aku
menarik sudut bibirku
melengkung ke atas
dengan arah yang
berlainan. “Geuraeyo… akan
kucoba!” teriakku penuh
semangat.
Yesung POV.
Malam ini adalah
malam yang special
untukku. Karena tepat
tengah malam nanti usiaku akan
bertambah. Yah, besok
aku berulang tahun.
Sebenarnya aku ingin
merayakannya di rumah
orang tuaku, di
Cheonan. Tetapi managerku,
PD-Nim sudah menyiapkan
acara untukku bersama
orang-orang terdekatku di
SM. Tidak enak kalau aku menolaknya. Jadi,
kuputuskan setelah acara
dengan kawanku selesai,
barulah aku pergi
ke Cheonan.
Aku melihat sekali
lagi bayanganku di
cermin, setelah puas
memandangi penampilanku barulah
aku melangkah keluar
dari apartemen. Kugunakan
mantel cukup tebal dengan panjang
selutut, dipadu dengan
celana jins dengan
warna senada, dan
satu lagi yang
tidak boleh aku
lupakan, penyamaran! Setidaknya
aku harus memakainya
jika ingin datang
tepat waktu ke
tempat tujuanku.
Aku memasuki sebuah
lift untuk turun
ke lantai bawah,
kemudian berjalan menuju
tempat mobilku di
parkirkan. Ketika aku
tengah memanandang jam di tangan
kiriku, tiba-tiba seseorang
menabrakku.
‘Brukk!’
Aku sedikit tersungkur
ke belakang. Namun,
kali ini tidak
sampai terjatuh walau
belum ada persiapan
apapun. Mungkin karena
kami bertabrakan tidak
terlalu keras.
“Mianhae, aku sedang
terburu-buru, annyeong!” seru
orang yang menabrakku
sambil membungkuk ke
arahku. Kemudian, iapun
berlari dengan tergesa
dari hadapanku sebelum
aku sempat melihat
wajahnya. Kuperhatikan punggungnya
sampai ia berbelok
masuk ke apartemen.
Setelahnya aku mulai
berjalan kembali menuju
tempat parkir, sambil
memasukkan kedua tanganku ke dalam saku
mantel, sedikit mengurangi
dinginya angin malam
yang mulai terasa
di kulitku.
Tiba-tiba, aku merasakan
sesuatu yang asing
di dalam saku
mantelku sebelah kanan.
Seingatku, aku tidak
memasukan apapun ke
dalam saku. Karena
penasaran kuhentikan langkahku,
dan mengambil benda
itu.
Sebuah amplop?
Aku makin kebingungan,
akhirnya kubuka lipatan
amplop ditanganku.
Alangkah
terkejutnya ketika melihat
gambarku sendiri memenuhi
amplop yang sedang
kupegang. Rasa penasaranku
makin bertambah, jadi
kubuka saja isi
di dalamnya.
Sebuah kartu berwarna
merah terlihat di
dalamnya, aku mengeluarkannya dan
membuka lipatan kartu
itu. Gambar besarku
menjadi wallpapernya dengan
hiasan cantik disekelilingnya. Dan sebuah tulisan
tangan yang diukir
rapipun terlihat, segera
saja aku membacanya.
Annyeong!^^ Kuharap suatu saat nanti aku bisa mengucapkannya secara langsung padamu, Yesung Oppa.
&
harapan keduaku bisa jadi orang
pertama yang mengucapkan
>>saengil chukkaeyo<<
Semoga
kau menemukan kartuku
sebelum orang lain mengucapkan
selamat ulang tahun
padamu… Perhatikan selalu
kesehatanmu Oppa,,,Sukses selalu,,,FIGHTHINK!!!
_Kim
Woonra_
Setelah selesai membacanya,
aku langsung mencari
sosok yang tadi
menabrakku, karena aku
yakin pasti ia
yang memberikan ini
untukku. Namun sayangnya
sosok itu sepertinya
sudah pergi jauh,
aku hanya tersenyum
senang sambil kembali
melangkahkan kakiku yang
tadi sempat terhenti.
Di perjalanan menuju
tempat kawan-kawanku, aku
terus mengingat-ingat nama
seseorang di kartu
itu, sepertinya aku
pernah mendengar nama
itu—namun entahlah—aku
tidak mengingat siapa,
kapan, dan di mana.
YS : Satu pertanyaan,
kau menungguku di
tempat parkir sejak kapan
Woonra-ah?
WR : (memaikan jarinya)
Err… itu… sejak aku selesai
makan malam. Aku
tahu kau akan
pergi, hanya saja
aku tidak tahu
tepatnya pukul berapa.
YS : (cengo) Jadi?
Selama itu… paboya!
WR : (garuk-garuk kepala)
Habis aku tidak
mau rencanaku hari
itu gagal, Oppa!
YS : Dan mengorbankan
kesehatanmu sendiri! (ckckck~)
Gomawoyo!
WR : (terpaku)
YS : Terima Kasih,,,
aku belum sempat
mengucapkannyakan^^/
Woonra POV.
Waktu kembali berlalu
begitu cepat, dan
tidak ada perubahan
besar yang terjadi
di sekelilingku. Aku masih
Kim Woonra yang
dulu.
Besok aku berulang
tahun, makanya hari
ini aku belanja
banyak untuk acara
makan-makan besok malam di apartemenku.
Sebenarnya tidak banyak
yang aku undang,
hanya sahabatku Wookie,
dan kedua teman
kakakku duo ikan,
ditambah aku dan
kakakku jadi 5
orang. Akhhh… kenapa
lagi-lagi aku terdengar
menyedihkan,,TT-TT
Dengan belanjaan penuh
di tangan kanan
dan kiriku, aku
menaiki lift menuju
lantai 10. Ketika
pintu lift hendak
menutup seseorang menahannya
dan ikut masuk.
Kebetulan lift ini
kosong hanya ada
aku dan orang
yang baru saja
masuk, jadi kutaruh
saja belanjaanku di
lantai.
Ketika
pandanganku mengarah pada
orang yang bersamaku,
jantungku serasa keluar
dari tempatnya, rasa
terkejut dan senang
menghampiriku. Dia, Kim
Yesung. Sebuah senyuman
muncul begitu saja
tanpa kusadari.
Sedang Yesung sendiri
memandangiku dengan dahi
berkerut, seperti berpikir
mungkin.
“Adik manis… kaukah
itu?” tanyanya ragu.
Aigoo~~rasanya aku sulit
bernafas, ia masih
mengingatku? Padahal kejadian
itu sudah terlewat
lebih dari 3
bulan.
Kuanggukan kepalaku sebagai
jawaban.
Sebuah senyum hangat
ia tampilkan, “Kau
tinggal di sini? Wahh,,,rajinnya membantu
ibumu berbelanja, eoh?”
Ucapan terakhirnya membuatku
teringat kepada Eomma
dan Appaku yang
setahun terakhir ini
belum mengunjungi kami
lagi.
“Nde, Oppa, sejak
masih SD aku
sudah tinggal di sini
bersama kakakku, ibuku
tinggal di Cina
bersama ayahku,” ia
terlihat menyesal mendengar
jawabanku.
“Mianhae,” ucapnya.
“Gwencana, hmm… sebenarnya
besok malam ada
acara makan malam
di apartemenku, kalau
Oppa sempat datanglah,”
undangku seraya tersenyum
senang. “Apartemenku No.491,”
tambahku.
“Nde, akan kuusahakan,”
demi apa mendengar
jawabanya saja aku
sudah sesenang ini,
apalagi kalau Yesung
Oppa benar-benar datang,
pasti jadi perayaan
ulang tahunku yang
tidak akan terlupakan.
‘Ting’
Pintu liftpun terbuka,
dan aku segera
tersadar dari khayalanku.
“Aku duluan Oppa,
annyeong!” pamitku. Akhirnya,
do’aku untuk bisa
berbincang dengannya lagi
sudah terkabul. Terima
kasih Tuhan!
“Hmm…adik manis siapa
namamu?” tanyanya sebelum
aku melangkah pergi.
“Joneun Kim Woonra
imnida,” aku sedikit
membungkuk. Kulihat ia
sedikit terkejut mendengar
jawabanku, entahlah! Kemudian
tersenyum, dan segera
menutup pintu lift.
YS : Saat itu
aku baru teringat
di mana aku
menemukan nama itu… yah aku
sempat membaca nama
ID di dompetmu.
WR : Ingatanmu payah,
Oppa!
YS : (mendelik) Memangnya
kau tidak, eoh?
WR : Berarti aku seperti ini karena
sifat yang kau
wariskan padaku, benarkan?
(menampilkan wajah polos)
YS : #sweatdrop
Skip time^^
Acara makan malampun
tiba, semua undangan
telah hadir. Termasuk
Yesung Oppa tentunya,
ia sengaja menyempatkan
diri setelah jadwalnya
hari ini selesai.
Sepertinya bukan aku
yang jadi pusat
perhatian malam ini,
tapi yah tidak
apalah aku ikut
senang melihat Yesung
Oppa mudah berbaur
dengan yang lainnya.
Ia memang idolaku
yang baik, sikapnya
yang ramah semakin
membuatku mengaguminya.
Dan malam itupun
berlangsung dengan riang
gembira, walau Yesung
Oppa sedikit terkejut
karena baru mengetahui
kalau acara makan
malam ini untuk
merayakan ulang tahunku.
Tahukah kalian, hubunganku
dengan Yesung, aghh…
tepatnya aku, Wookie,
dan Sungmin Oppa,
semakin dekat dari
hari ke hari—setelah
makan malam perayaan
ulang tahunku itu.
Di sela-sela waktu
senggangnya, kadang ia
berkunjung ke apartemenku
atau sahabatku. Kadangpula
kami yang berkunjung
ke apartemennya, nampaknya
tidak ada lagi
kecanggungan diantara kami.
Yah… tidak ada
tembok pembatas yang
kasat mata menghalangi
kedekatan kami satu
sama lain.
Semoga saja persahabatan
kami akan tetap
utuh untuk selamanya^^/
,
,
,
WR : Eotte? Apa
cerita kami terlalu
membosankan? Aku harap
bisa sedikit menghibur
kalian semua. Yesung
Oppa, kau di mana? Katakanlah
sesuatu…
YS : (berteriak dari
dalam kamar) Sebentar…
aku masih bersiap-siap!
WR : Oh yah,
tengah malam ini adalah pergantian
usia Yesung Oppa,
dan kisah di
atas sudah terlewat
5 tahun, huaaa><bukan waktu
yang singkat memang!
Dan sebentar lagi
usia Yesung Oppa
memasuki kepala 3…
YS : (muncul dari
balik kamar) Uh!
Jangan mengucapkannya seperti
itu, aku jadi
merasa sudah tua.
WR : Tapi kenyataannya
memang begitu, Oppa!
Tapi tenang saja
kau tidak terlihat
setua itu koo…
bahkan semakin hari
kau bertambah manis
saja.
YS : Tampan! (protes)
Yang manis itu
Sungmin dan Wookie.
WR : (cemberut) Kenapa
aku tidak disebut?
YS : Karena sekarang
ini kau cantik…
(memberikan wink)
WR : (tersipu)
Arghhh…
tinggal 1 menit
lagi, Oppa! Kajja,
Sungmin Oppa, Wookkie
Oppa, bantu aku
menghitung mundur!
60,59,58,57,56……………………………………………..3,2,1
Semua menyanyikan lagu
selamat ulang tahun…
dilanjutkan acara memotong
kue, dan ucapan
selamat dari kami
satu persatu.
#3jam kemudian
Ini bukan bagian
dari ceritaku, ini
nyata saat ini
juga…
Aku dan Yesung
Oppa berdiri di
balkon apartemennya, sambil
memandang ke arah
langit. Sayangnya, bintang-bintang penghias
langit tak tampak
satupun. Mungkin cahaya
dari lampu-lampu penerang
kota yang membuat
sinarnya jadi tak
terlihat.
“Saengil Chukkaeyo, Oppa,
dan terima kasih
banyak untuk semua
yang telah kau
berikan selama ini,”
ucapku tulus.
Ia tersenyum lembut
menatapku, “Woonra-ah, kau
terlalu sering berterima
kasih padaku. Saat
ini, biarkan aku
yang berterima kasih
pada kalian—kau,
kakakmu juga Wookie— yang sudah membuat
hari-hariku lebih berwarna…,”
ia berhenti sejenak.
“ Khusus untukmu dan
Wookie, terima kasih
banyak sudah menjadi
bagian dari CLOUDS…
karena support dari
kalianlah aku bisa bertahan hingga
kini,” lanjutnya dengan
pandangan menerawang.
“Saranghaeyo,
Yesung Oppa!” seruku
sebelum kebiasaan anehnya—tenggelam di
dunianya sendiri di
mulai.
Ia menoleh sambil
tersenyum hangat, “Nado
saranghae, Kim Woonra!”
balasnya sambil mendekap
bahuku dengan sebelah
tangannya, dan menariknya
hingga kepalaku bersandar
di dada bidangnya.
Aku menatapnya, membalas
senyumnya riang. Kemudian
berpaling menatap lampu-lampu
kota, menyembunyikan senyum
mirisku. Yah, aku
tahu Yesung Oppa
memang balas mencintaiku,
sayangnya ia mencintaiku
sebagai yeodongsaengnya. Lain
halnya denganku yang
memiliki perasaan lebih
terhadapnya.
Biarlah kusimpan perasaan
ini seorang diri,
berusaha tampak wajar,
dan bersikap sebagai
fans—sahabat—sekaligus adik
yang baik untuknya.
Karena semua yang
kumiliki saat ini sudah lebih
dari cukup. Aku
hanya harus menjaganya,
agar tiada penyesalan
di kemudian hari.
‘’Saranghae
Eomma, Appa, Sungmin
Oppa, Wookie Oppa,
Yesung Oppa!!!!” teriakku
kencang. Membuat Yesung
Oppa menutup masing-masing
telinganya dengan kedua tangannya, diikuti
keluarnya kakakku dan
Wookie sambil mengucek
mata mereka.
“YAKK!!! KIM WOONRA!!!!”
koor keduanya kompak.
Aku hanya menampikan
senyum polosku, sambil
menggaruk tengkukku yang
tidak gatal sama
sekali.
,
,
,
END
,
,
,
Hosh~
Akhirnya selesai juga,,,
Annyeong!!!
(telat) fanfiction ini kubuat khusus
untuk temanku (lirik
main cast).
Fict ini sebagai
hadiah untuk Yesung
di hari spesialnya…
yang terinsfirasi dari
ff KyuWook yang
pernah q baca,
Tentunya dengan isi
yang berbeda,,,karena fict
ini murni hasil
imajinasiku!
Semoga hasilnya tidak
terlalu mengecewakan, dan buat chingudeul
yang nyasar terus
lanjut baca semoga
kalian bisa terhibur^^/
N’than,,,
Saengil Chukkaeyo Yesung
Oppa,,,
Keep Healthy… Keep
Smiling… n’ always
be happy!!!!
,
,
Sepertinya
kepanjangan, udah dulu
aghhh… pai~
#melambai bareng Baby
Wook